Sejak 2016, Lapangan Banteng sudah disiapkan menjadi destinasi wisata sejak Jakarta masih berstatus Daerah Khusus Ibukota. Di antara persiapannya dengan membangun fasilitas olahraga dan taman berstandar internasional.
Revitaliasi lokasi berejarah itu memang perlu dilakukan. Sebab, termasuk salah satu ikon Kota Jakarta. Pengelolaan Lapangan Banteng saat itu dinilai belum makimal.
Area parkir kendaraan roda empat yang ada di sisi barat kurang lapang. Bangunan toilet utama yang tepat berada di antara dua lapangan basket dalam kondisi kotor, dan sebagian pintunya terkunci.
Di kompleks lapangan itu juga terdapat mes pegawai Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta yang berdiri di sisi barat.
Sedangkan di sisi timur berdiri mes Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). Kedua bangunan tersebut pernah terabaikan dan kurang terawat. Kini, kondisinya sudah jauh lebih baik.
Zaman pemerintahan Hindia Belanda, Lapangan Banteng bernama Waterlooplei. Pada 1828, di lokasi ini didirikan tugu peringatan dengan patung singa di atasnya untuk mengenang pertempuran Waterloo.
Pada 1632, lapangan itu kemudian diberi nama Paviljoenevold atau Lapangan Paviljoen. Selanjutnya, pada tahun 1935, Lapangan Banteng sempat beberapa kali berpindah kepemilikan.
Setelah Indonesia Merdeka, nama lapangan itu berubah mejadi Lapangan Banteng. Sekitar tahun 198-an, Taman Lapangan Banteng digunakan sebagai terminal bus.
Namun pada 1993, fungsi lapangan dikembalikan lagi sebagai ruang terbuka hijau (RTH) Kota Jakarta. Lalu, lapangan ditata secara bertahap sejak 2004, sebelum akhirnya disempurnakan pada tahun 2007.
Sempat Tebengkalai
Kendati masih berfungsi sebagai RTH, sekiatar tahun 2016, di sekitar taman itu banyak kita temukan banyak geroak pedagang kaki lima yang tergeletak.
Sementara bagian depannya difungsikan untuk tempat penjualan makanan dan minuman. Kerusakan fisik bangunan sangat terlihat jelas di setiap sudut pelataran patung Pembebasan Irian Barat yang berdiri menjulang.
Bukan sekadar cat yang kusam, sebagian cor beton pelataran juga hancur. Di pelataran itu, lagi-lagi terlihat sejumlah barang milik PKL. Bahkan, di bawah pelataran patung juga dijadikan tempat untuk menjemur pakaian.
Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta periode 2016, Djafar Muhlisin pernah mengatakan, proses renovasi lahan seluas 52.790 meter persegi itu dimulai akhir November 2016 dan selesai pada Agustus 2017.
Di bawah patung Pembebasan Irian Barat itu, dibuat kolam cantik. Untuk kenyamanan pengunjung, juga dibangun toilet dan ruang ganti VIP.
Sehingga, toilet tidak hanya ada di belakang tribun penonton lapangan sepakola dan lintasan olahraga atltetik. Selain itu, di dalam area tersebut sudah tersedia kios pedagang kuliner serta suvenir.
Dana CSR
Pembangunan lahan yang pernah menjadi lokai terminal bus kota tersebut, seluruhnya dilakukan swasta dengan dana corporate social tesponsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
Namun karena lokasinya berada di seberang Kantor Pos Besar Jakarta itu bersejarah dan menyimpan sejumlah benda cagar budaya, pembangunannya dilakukan tidak sembarangan.
Dalam akun twiter @basukibtp milik Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengunggah gambar desain desain kolam di bawah patung Pembebasan Irian Barat.
Kolam tersebut berbentuk setengah lingkaran dengan jembatan di tengahnya. Di sekitar kolam tersebut juga ditempatkan bangku pengunjung dengan pola tersusun menyerupai stadion.
Bangku bisa digunakan untuk bersantai sambil menikmati keindahan kolam serta gagahnya patung Pembebasan Irian Barat.
Lapangan Banteng juga dilengkapi fasilitas park and ride ( P&R) untuk mengakomodasi pengendara yang ingin beralih ke layanan Transjakarta.
Warga Ragu Berkunjung
Rimbunnya pohon berukuran besar yang tumbuh di sekeliling Lapangan Banteng membuat kawasan tersebut terasa teduh.
Suasana tenang makin terasa karena tidak banyak warga yang beraktivitas di sana. Beberapa orang terlihat santai sambil menikmati minuman ringan yang dijual pedagang di sekitar area pakir dan patung Pembebasan Irian Barat.
Sementara itu, di areal taman yang berada di sebelah selatan, tidak terlihat seorang pun. Ketika melongok ke area gelanggang olahraga, terlihat sejumlah murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tunas Bangsa, Kramat, Jakarta Pusat bersiap beraktivitas di samping kanan tribun.
Sesaat kemudian, mengenakan seragam olahraga lengkap, mereka bergeser ke lintasan atletik dan berlari menyusuri lintasan. Memasuki sore hari, beberapa pegunjung terlihat berolahraga.
Taman Lapangan Banteng hampir setiap tahun menjadi arena Pameran Flora dan Fauna (Flona). Untuk tahun 2024, pameran berlangsung pada bulan Juli.
Kegiatan dibuka langsung oleh Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono didampingi Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Bayu Meghantara. Kegiatan itu mengambil tema ‘Jakarta Global Hijau Mempesona’.
Menggugah Kepedulian Warga
Pameran Flora dan Fauna (Flona) di Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat sudah berlangsung sejak tahun 1984. Biasanya, pekan Flona tersebut berlangsung selama sebulan.
Sasaran yang diharapkan adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan, kewirausahaan, serta menggugah kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Melalui Flona, Pemprov DKI Jakata juga memberikan ruang gerak dan fasilitas, sarana dan prasarana serta penyuluhan.
Acara tersebut juga dapat dijadikan ajang pertemuan antara para petani, penghobi dan pengusaha di bidang pertamanan dan lingkungan.
Melalui pameran flona, diharapkan masyarakat Jakarta memiliki kedekatan secara tradisional dengan lingkungan alam dan menjadi bagian hidup mereka sehari-hari.
Peserta pameran tahun 2024 sebanyak 165 stan. Terdapat sepuluh stan instansi. Yakni, stan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, Kota dan Kabupaten Administrasi, Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DharmaWanita Persatuan serta Tim Peggerak PKK.
Lewat tema ‘Jakarta Global Hijau Menpesona’, diharapkan Jakarta bisa terus tumbuh dalam meningkatkan kualitas lingkungannya dan bisa menambah daya tarik Jakarta di mata dunia.
Termasuk menaruh harapan dapat meningkatkan gairah iklim investasi dalam perekonomian.
Sejarah Pameran Flona
Dinas Pertamanan lahir saat H. Ali Sadikin (Bang Ali) mejabat gubernur DKI Jakarta. Setelah beberapa kali berganti struktur sejak tahun 2008, Organisasi dan Jasa Kerja Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta disempurnakan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2008.
Sehingga, tugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI semakin besar, seiring berkembangnya permasalahan lingkungan dan masalah perkotaan.
Karenanya, Dinas Pertamanan dan Pemakaman berusaha lebih mengoptimalkan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) demi terjaganya lingkungan dan kehidupan warga kota.
Pameran Taman diselenggarakan Dinas Perramanan Provinsi DKI Jakarta pertama kali pada tahun 1971 di Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hal itu berkenaan dengan pembukaan Taman Langsat sebagai Taman Kota.
Taman ini sebagai taman percontohan kering saat ASEAN baru beranggotakan lima negara. Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura.
Ternyata pengunjung pameran waktu itu melimpah. Banyak varietas baru anggrek tampil sebagai juara dalam suatu kompetisi yang berlangsung selama pameran tersebut. Antara lain anggrek hitam dari Irian dan bunga anggrek lainnya.
Tahun 1979, diselenggarakan Festival Bunga di Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) Senayan. Selanjutnya, tahun 1980-1981-1982 diselenggarakan di Balai Sidang Senayan.
Seiring meningkatnya kegemaran masyarakat terhadap bunga dan tanaman lainnya, maka bermunculan berbagai asosiasi bunga.
Antara lain, Aspeni, Aspringta, Perhotti, PPT dan lain-lain. Tahun 1983, diselenggarakan Festival Bunga di Taman Monas di sisi timur Taman Monas Barat menghadap ke Tugu Monas yang menampilkan penataan tanaman berbunga dengan pola artistik dalam skala besar.
Tahun 1984, Festival Bunga absen, lantas Dinas Pertamanan DKI Jakarta menggelar sendiri dengan nama Pekan Seni Flora, Fauna dan Lingkungan (PSFFL).
PSFFL akhirnya menjadi cikal bakal Pameran Flora dan Fauna (Flona) Jakarta yang secara rutin selama 14 hari di Taman Monas Utara. Kecuali pada tahun 1998 dan 1999.
Pameran tersebut dalam rangka memeriahkan HUT Dinas Pertamanan pada tanggal 3 Agustus 1998 setiap tahunya.
Setelah Terminal Bus Lapangan Banteng dipindah ke Pulogadung pada 1984, upaya melakukan pameran lebih serius lagi.
Areal yang pernah menjadi pusat hiruk pikuknya transportasi Kota Jakarta tersebut ditata kembali menjadi Taman Lapangan Banteng.
Pada tahun 1986, diselenggarakan Sunday Flower Market di Taman Lapangan Banteng yang berlangsung setiap minggu dengan penjualan bunga potong dan tanaman hias.
Tetapi, tidak berlangsung lama, karena Taman Lapangan Banteng sedang direnovasi.
Favorit Masyarakat
Pameran Flona selanjutnya berlangsung selama sebulan mulai awal Juni hingga usai perayaan HUT Kota Jakarta. Belakangan, pameran Flona terus diminati masyarakat hingga kini.
Pameran yang berlangsung selama sebulan dari 7 Juni hinga 8 Juli misalnya, selalu dipadati pengunjung dari Jabodetabek.
Stand reptil yang menjual berbagai jenis reptil dan unggas paling banyak menarik perhatian pengunjung. Terutama anak-anak.
Selain stand reptil, unggas dan tanaman hias, pengunjung juga dapat memanfaatkan stand-stand pengobatan tradisional.
Mereka yang kelelahan, terserang sesak nafas atau keseleo, mendatangi Shinse Aue Ken yang menyediakan obat arak gosok.
Surga Tanaman Hias
Akuarium berisi sekumpulan ikan hias, seperti ikan mas koki, arwana, hingga ikan hias langka berjejer di sepanjang pelataran Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Itulah gambaran suasana pameran Flora dan Fauna (Flona) 2024 yang diselengggarakan Pemprov DKI Jakarta.
Pameran Flona 2024 memberikan keleluasaan bagi masyarakat pecinta tanaman hias dan binatang peliharaan untuk sekadar melihat bahkan membelinya dengan harga terjangkau.
Tampak ratusan stand berukuran 7X10 mwter berjajar memanjang pot berbagai tanaman hias dan bunga cantik yang membuat siapa saja yang melihatnya tergoda untuk memiliki tanaman penghias pelataran rumah.
Stan-stan ini juga menjual berbagai pupuk tanaman, perabotan untuk tanaman, serta komoditas berbagai tumbuhan yang tak kalah unik untuk dimiliki.
Contohnya, aneka jenis tanaman anggrek bulan dengan berbagai spesies unggulan. Harganya pun bervariasi, bergantung warna bunga yang mekar di batang tanamannya.
Sejak awal, target dari Pameran Flona 2024 adalah memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mencintai keindahan dan melestarikan kekayaan alam.
Begitu pula memberikan kesempatan kepada para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), menengah ke bawah di Jakarta.
Pameran juga memperjualkan berbagai jenis binatang peliharaan, seperti ikan hias, burung berkicau, ayam hias, berbagai jenis reptil dan binatang melata seperti kura-kura, ular, iguana dan sebagainya.
Umumnya, jenis binatang yang dipamerkan atau dijual di pameran Flona trsebut berupa binatang yang unik dan menarik untuk diburu para pecinta hewan peliharaan.
Pameran Flona 2024 tersebut mengundang petani tanaman hias dari berbagai daerah di Indnesia dan dinas terkait. (stw/df)