KRL Commuter Line, Jelajah Perkembangan Transportasi di Jakarta

August 22, 2024 12:11 pm

Transportasi merupakan cara memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Bahkan pada zaman sebelum penggunaan mesin, transportasi juga menggunakan hewan.

Para ahli sepakat bahwa transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Sesuai perkembangan zaman, transportasi menjadi alat yang semakin dibutuhkan.

Bentuk alat transportasi terus mengalami perkembangan. Semakin canggih. Sebab, manusianya pun semakin canggih memikirkan dan menciptakan alat transportasi yang dianggap paling efektif dan efisien.

Seperti di Kota Jakarta, banyak menyimpan sejarah panjang perkembangan alat transportasi. Masyarakat di kota yang kini dikenal semakin modern ini, berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi sudah ada. Seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.

Namun sebelum semua transportasi itu ada, berbagai bentuk transportasi telah dirasakan juga oleh masyarakat dari masa-masa sebelumnya. Seperti Delman, Becak, Trem, Taksi, Oplet, Bemo, Bajaj, Bus Tingkat, Transjakarta, MRT. LRT, dan KRL Commuter Line.

Layanan ini dahulu dioperasikan dengan nama KRL Jabotabek sejak era 1970-an hingga pemekaran Kota Depok pada 1999 dengan nama alternatif KRL Jabodetabek.

KRL dahulu dihadirkan di Hindia Belanda sejak 1925 untuk memperingati 50 tahun Staatsspoorwegen beroperasi di Jawa.

Semenjak 1960-an, transportasi listrik di Jakarta berada pada titik nadirnya karena dicap sebagai penyebab kemacetan sehingga Trem Batavia ditutup dan KRL dibatasi.

KRL penggunaannya kian berkembang dan diperbarui, kemudian pada 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI).

Pada awal perkenalan pola loop line di 2011, Commuter Line Jabodetabek memiliki 6 jalur dan 8 relasi. Saat ini jumlah tersebut bertambah menjadi 6 jalur dan 13 relasi yang melayani seluruh wilayah Jabodetabek dan Lebak.

Untuk memiliki sistem transportasi secanggih Singapura, baik MRT, LRT, Commuter dan TransJakarta akan terintegrasi. Integrasi ini akan dilakukan oleh JakLingko yang dimulai Agustus mendatang.

Kartu Transportasi JakLingko pada fase pertama atau Clearing Central House System (CCHS) akan menghubungkan masing-masing operator transportasi dalam satu platform pengelolaan pembayaran tiket terpadu.

Tidak berhenti di sana, kesatuan sistem ini kemudian didukung Mobile App (Aplikasi JakLingko). Sistem pembayaran cashless baik kartu maupun aplikasi ini nantinya bisa digunakan di MikroTrans, Transjakarta, MRT, LRT, Commuter Line dan railink.

Tidak berhenti sampai ke integrasi transportasi, nantinya Jakarta akan memiliki transportasi umum yang terintegrasi secara sistem. Hal ini akan dilakukan di fase kedua yakni pada Maret 2022 melalui penerapan Mobility as a Service (MaaS).

Fase ini akan memberikan journey bagi pengguna transportasi umum dengan kemudahan dan berbagai keseruan didalam penggunaan Aplikasi JakLingko.

Lewat Aplikasi JakLingko, diperluas integrasinya dengan moda transportasi lain seperti Ojek online, Taxi online, Tourism (pariwisata), spot kuliner, dengan berbagai diskon yang menarik. Serta bisa juga digunakan untuk bayar listrik, pulsa, PAM, BPJS, dll.

Kemudian di fase ke-3, Melalui PT JakLingko Indonesia akan menerapkan Account Based Ticketing (ABT). Pada Fase ini nanti pengguna transportasi umum akan lebih dipermudah melalui aplikasi JakLingko dengan pemesanan tiket berlangganan mingguan atau bulanan.

Kemudian dengan teknologi cerdas fase-3 ini dapat membaca profile seorang penumpang sehingga tarif nya juga diperlakukan khusus. Misalnya tarif untuk Lansia, Pelajar, dll (14 golongan) akan berbeda dengan penumpang lainnya sehingga diharapkan lebih praktis tanpa perlu mendaftar ulang setiap tahunnya. (DDJP/df)