Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin mengusulkan agar beragam kesenian Betawi seperti tarian, beladiri, dan musik dijadikan ekstrakulikuler sekolah.
Tujuannya agar generasi muda mengenal warisan Budaya Betawi sejak duduk di bangku sekolah dan tetap lestari meskipun Jakarta tak lagi menyandang status Ibukota, melainkan sebagai Kota Global.
“Harus masuk dalam pelajaran ekstrakulikuler. Anak-anak didik harus dikenalkan dan ikut terlibat dalam kemajuan Kebudayaan Betawi. Kotanya global, budayanya tetap Betawi,” ujar Khoirudin di Rawa Belong, Jakarta Barat, Minggu (1/12).
Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin. (dok.DDJP)
Di kesempatan yang sama, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat Joko Mulyono menyetujui usulan tersebut. Namun untuk sementara, ia mengaku telah melakukan terobosan dan mengkreasikan sejumlah kesenian dengan mengikuti perkembangan zaman.
Tak jarang, acara Kebudayaan Betawi juga ikut dikemas dan dipromosikan dengan menarik sesuai tren yang sedang berkembang.
“Ini menjadi tantangan tersendiri, di zaman era digitalisasi anak muda lebih suka budaya populer, gampang viral, gampang terkenal. Makanya kita rekrut senior dan kolaborasi dengan gen Z yang melek teknologi supaya acara ini dikemas menarik di kalangan mereka,” ungkap Joko.
Ia juga gencar mendata sanggar-sanggar Betawi yang ada di Jakarta Barat agar memiliki sertifikat. Sehingga para peserta sanggar bisa mendapatkan pelatihan, dan menggunakan gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
“Jakarta Barat kental dengan sanggar, kita ada 200-an lebih sanggar kesenian, kita coba data dan dibuat sertifikasinya. Supaya bisa tercatat diregister kita, dan mendapat pembinaan khusus. Lalu pelatihnya, anggota ataupun peserta dan anak didiknya boleh menggunakan PPSB di Rawa Buaya,” tukas Joko. (gie/df)