Kontribusi Wisata Kuliner Jakarta

September 20, 2024 12:03 pm

Pusat-pusat belanja di Jakarta, seperti mal dan plaza menawarkan program promosi maupun berburu kuliner khas atau sedang tren di Jakarta, pasti menjadi sasaran masyarakat.

Seperti yang dilakukan Sodikin dan istrinya bisa menikmati kerak telur bersama keluarganya, beberapa waktu lalu.

“Seneng banget deh. Ini kesempatan yang pas buat kami dan keluarga,” ujar Sodikin.

Ketiga anaknya yang sudah remaja terlihat asyik menikmati kue kaak dan selendang mayang. Sedangkan anaknya yang berusia 6 tahun, menimang-nimang roti buaya.

Sodikin dan isterinya makan nasi kuning dengan lauk gabus pucung. “Banyak ragam kuliner di Jakarta. Tetapi, kami dan keluarga sudah biasa memanfaatkan liburan sekolah atau hari-hari libur nasional, berburu wisata kuliner di Jakarta, atau di pusat-pusat perbelanjaan,” tutur Sodikin.

“Sering juga menikmati makan siang di Warung Sayur Asem di Rawamangun,” ungkap warga asal Cirebon, Jawa Barat itu.

Solikah, istri Sodikin, mengaku sangat menarik untuk mencoba kuliner khas Betawi. Bahkan sering datang ke Pekojan, Jakarta Barat, untuk menikmati sayur lodeh.

Selain kuliner, ia sekeluarga sambil berwisata ke Masjid Jami An Nawier atau Masjid Jami Al Anshor dan Langgar Tinggi, dan lain sebagainya.

Hal serupa juga dilakukan keluarga Drs. Sumartono dan Dra Suharsi, dari Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Memanfaatkan waktu libur sambil mencari makanan favorit atau makanan khas daerah sudah menjadi bagian hidup kebanyakan masyarakat.

Terlebih Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta menunjukkan tanda-tanda adanya peningkatan.

Anggota DPRD DKI Jakarta Dimaz Raditya mengatakan, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta sebesar 116,38.

Dengan demikian, tingkat optimisme konsumen di perkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Dengan kata lain, ada lebih banyak rumahtangga yang berpersepsi bahwa kondisi ekonominya akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya,” kata Dimaz.

Anggota DPRD DKI Jakarta Periode 2024-2029 Dimaz Raditya. (dok.DDJP)

Potensi itu, tambah Dimaz, bisa berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat Jakarta. Tentu, hal ini membawa angin segar terhadap gaya hidup orang Jakarta yang akrab dengan mal dan kulinernya.

Karena itu, tak heran pula jika dari tahun ke tahun potensi usaha kulier di Jakarta semakin berkembang pesat.

Dari tabel Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf) diketahui, beberapa provinsi di Indonesia seperti Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Bali, merupakan daerah yang mempunyai industri kuliner cukup besar.

Dari data tersebut,Jakarta masih menjadi provinsi terbesar yang pula usaha kulinernya mencapai ribuan.

“Oleh karena itu, ke depan usaha kuliner ini masih akan terus berkembang, asalkan potensi lokal ini memperoleh perhatian pemangku kepentingan agar usaha kuliner terus diberdayakan atau difasilitasi,” urai Dimaz. (DDJP/stw/df)