Konstruksi Sarang Laba-Laba untuk Rehab Gedung Sekolah Diapresiasi DPRD

August 21, 2019 1:38 pm

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta mengapresiasi kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) atas penggunaan konstruksi laba-laba sebagai pondasi bangunan di sejumlah sekolah di Ibukota.

Anggota Komisi D DPRD DKI Tandanan Daulay mengatakan penerapan konstruksi sarang laba-laba telah teruji secara matang dalam berbagai aspek. 

“Penggunaaan (sarang laba-laba) itu sudah teruji, baik di negara maju ataupun Indonesia sudah banyak pakai sistem ini. Tinggal dihitung besaran dari pondasi dan beban, karena ada efisiensi harga juga disana serta awet digunakan dan lebih mudah cara kerjanya,” ujarnya Rabu (21/8).

Meski demikian, ia mengimbau kepada seluruh pengembang yang terlibat dalam penggunaan konstruksi tersebut dapat menghitung alokasi konstruksi dengan kuantitas lantai yang dibuat dalam bentuk masterplan. Mengingat, gedung sekolah adalah salah satu bagian dari sarana dan prasarana publik yang vital bagi masyarakat umum.

“Karena yang saya tahu konstruksi ini baru diterapkan untuk 6 lantai kebawah, itu yang lazim digunakan. Jadi musti diteliti sekali antara pondasi dengan momen- nya (beban) bangunan itu,” terang Daulay.

Sedangkan Anggota Komisi D DPRD DKI Manuara Siahaan menilai, pemanfaatan konstruksi laba-laba tidak akan mengganggu lingkungan sekitar pembangunan.

“Karena ini juga bisa menggantikan tiang pancang di lingkungan yang bebas, dan Sarang Laba-laba ini bisa lebih efisien dari segala hal. Banyak gedung-gedung sekitar yang pakai ini tidak akan mengganggu,” katanya.

Meski demikian, Manuara mengusulkan kepada Pemprov DKI segera menambahkan perihal payung hukum pelaksanaan konstruksi sarang laba-laba dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung.

“Kalau ini sudah benar-benar dijalankan untuk gedung-gedung seperti sekolah, harusnya dimasukkan juga aturan terbaru untuk konstruksi laba-laba ini. Supaya dapat ditaati bersama oleh seluruh pengembang yang ada di Jakarta,” ungkap Manuara. 

Teknik konstruksi sarang laba-laba (KSLL) ini memiliki tipologi seperti sarang laba-laba besar. Teknik KSLL dibuat dengan cara membuat pola segitiga rumit sebagai fondasi, dan terbuat dari beton tebal.

Selain itu, Konstruksi fondasi sarang laba-laba memiliki tingkat keamanan yang sama seperti fondasi tiang pancang, bahkan kini sudah terbukti tahan gempa seperti yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat beberapa waktu yang lalu.

Pengembangan teknologi konstruksi sarang laba-laba yang telah teruji beberapa kali terhadap guncangan gempa menarik perhatian dari pihak asing dan juga telah dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis. 

Sejumlah gedung sekolah di DKI Jakarta diklaim mengadopsi fondasi konstruksi sarang laba-laba untuk memperkuat bangunan dan mempertimbangkan faktor ramah lingkungan. Alasan lain, banyak dari sekolah yang lokasinya masuk di permukiman yang jalannya tidak terlalu luas.

Konstruksi sarang laba-laba merupakan karya anak bangsa juga banyak dipakai perguruan tinggi di daerah-daerah rawan gempa seperti di Aceh, Padang, dan pengembangan kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Kabupaten Serang.

Konstruksi ini juga banyak digunakan untuk merehabilitasi rumah sakit, tempat ibadah karena alat yang dipergunakan tidak mengganggu penghuni dan lingkungan sekitarnya. 

Pemprov DKI Jakarta sejauh ini telah melakukan sejumlah rehabilitasi total terhadap 100 sekolah di sejumlah wilayah DKI Jakarta oleh salah satu perusahaan konstruksi nasional ternama sebesar Rp1,8 triliun sejak tahun 2018.

Beberapa diantaranya, 8 sekolah di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur serta 3 sekolah di wilayah Pemerintah Kota Jakarta Utara. Salah satu pilot project pengembangan konstruksi laba-laba yaitu SD Negeri 01 Tanjung Priok Jakarta Utara.

Selain lokasi tersebut, rencana tersebut akan diberlakukan hingga Kepulauan Seribu. Dengan rincian, 2 sekolah di Pulau Pramuka, 1 di Pulau Untung Jawa, 1 di Pulau Payung, dan 1 sekolah di Pulau Lancang. (DDJP/alw/oki)