Dalam kegiatan belajar dan mengajar, setiap guru punya sistem dan gaya yang berbeda dalam upaya menggali kepekaan dan kecerdasan muridnya.
Salah satu gaya itu antara lain dengan memotong kata. Misalnya, setiap pagi, mata……. Murid-murid lantas menambahkan kata ’hari’, jadi ‘matahari’ terbit dari ufuk timur dan ‘teng…….., dan murid-murid menambahkan kata ‘gelam’ jadi ‘ tengelam’ di ufuk barat.
Ada lagi contoh lainnya. Guru bertanya, “Anak-anak, Ibu Kota Negara adalah Jakar…….”.
Murid-murid menjawab serempak’ ……taaa…” Jadi Jakarta.
Ketika pelajaran matematika, guru menunjuk huruf A di papan tulis sambil berkata; ”Anak-anak, huruf A ini besarnya empat puluh lima dera……..”
“………jaat…….” jawab murid-murid serempak
“Karena itu anak-anak, huruf A dan B itu sama-sama be……”
“Sama-sama bejaaat,” kata murid-murid sambil tertawa terkekeh-kekeh.
(Padahal, yang dimaksud adalah sama-sama ’besar’ bukan sama-sama ‘bejat’). (DDJP/stw)