Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta mendorong seluruh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) melakukan terobosan-terobosan untuk menggenjot laba bersih tahunan.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz mengatakan, pencapaian keuntungan masing-masing BUMD pada Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dapat menjadi parameter kemandirian suatu perusahaan milik daerah. Namun, masih ada sejumlah BUMD yang mencatatkan laba jauh dari target yang ditetapkan.
Seperti PD Dharma Jaya hanya mampu memperoleh laba 34,5% atau sebesar Rp8,5 miliar dari target sebesar Rp24,8 miliar. Kemudian Perumda Pembangunan Sarana Jaya yang hanya dapat mencatatkan keuntungan 40,4% atau sebesar Rp61,7 miliar dari target awal Rp151,2 miliar.
“Kedepan Dharma Jaya harus punya plan B, plan C dan cara-cara lain agar bisa mendapat laba yang maksimal dan tidak hanya mengharapkan PMD (Penyertaan Modal Daerah) dari DKI,” ujar Abdul Aziz, Ketua Komisi B di gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (14/5).
Aziz berharap PD Dharma Jaya dikelola secara profesional sampai bisa menjadi salahsatu Badan Udaha Milik Daerah (BUMD) andalan yang spesifik mengelola pangan berprotein.
“Kita ingin mereka mandiri, berdiri sendiri, bahkan bisa memberikan kontribusi terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah). Saya harap ini dikelola profesional, saya yakin Dharma Jaya menjadi salahsatau BUMD yang menjadi tulang punggung dalam pangan,” ungkapnya.
Sementara Direktur Utama (Dirut) PD Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menjelaskan, kecilnya keuntungan sejatinya telah terjadi di kurun lima tahun terakhir. Kondisi tersebut terjadi lantaran pihaknya memiliki kewajiban menanggung subsidi daging sapi untuk peserta Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebesar Rp1,6 miliar setiap bulannya.
Selain itu, harga daging dari Australia juga terus melambung karena adanya kebakaran hutan di tahun 2019 kemarin, serta kurs dollar yang tidak menentu.
“Faktor utama adalah harga daging sapi dari Australia naik terus. Itu menjadi pengeluaran kita karena sebagian besar yakni 500 ton daging untuk KJP dan kami belum sesuaikan harganya. Sejak Agustus 2019 kita setiap bulan rugi, itu yang membuat laba kita mengurang,” ungkapnya.
Raditya menuturkan akan berupa menggenjot laba ditahun ini dengan cara meningkatkan kuantitas daging ayam yang memiliki keuntungan lumayan besar, serta bekerjasama dengan salahsatu pemasok baru dari Australia yang bisa memberikan harga lebih murah.
“Kita akan tingkatkan jumlah kuantitas ayam, karena penjualan KJP ayam kita itu masih untung. Tahun 2020 ini kita sudah punya produk sendiri yang bisa lebih murah dari harga pasaran, karena kita sudah kontrak sama Australia, kita sudah booking sapinya, jadi itu bisa menyumbang penurunan harga,” terangnya. (DDJP/gie/oki)