Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta meminta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) terus mengevaluasi pelaksanaan pencegahan kebakaran di Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya, perihal efektifitas program sosialisasi pencegahan kebakaran.
Anggota Komisi A DPRD DKI Abdul Azis Muslim mengatakan, sejumlah peristiwa kebakaran yang terjadi di DKI Jakarta saat ini harus mendapat perhatian serius bagi Dinas Gulkarmat. Menurutnya, Dinas Gulkarmat perlu menggencarkan kembali sosialisasi di lapangan perihal ragam penyebab utama peristiwa kebakaran.
“Sudah sering saya sampaikan ke Dinas Gulkarmat, bahwa sering-sering coba turun ke bawah. Kenapa kok masyarakat banyak yang belum mengerti masalah pemadaman api. Jadi perlu sosialisasi ke bawah soal bagaimana penyelesaian kebakaran ini, dengan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat,” ujarnya di Gedung DPRD DKI, Senin (8/7).
Azis menuturkan, pelaksanaan sosialisasi harus diselaraskan dengan identifikasi penyebab kebakaran yang lebih cermat dan terukur. Sehingga, wilayah berpotensi menjadi penyebab kebakaran dapat melakukan pencegahan secara mandiri.
“Contohnya berikan di wilayah (Tambora) itu alat-alat pemadam yang memadai seperti hidrant berikut peralatan lengkapnya. Kalau terjadi kebakaran di sana, itu sudah bisa tangani sendiri karena sudah ada penyuluhan pemadaman itu” terangnya.
Selain itu, Azis mengusulkan agar Dinas Gulkarmat melakukan mengecekan secara berkala perangkat listrik yang digunakan warga di wilayah rawan kebakaran.
“Kondisi arus listriknya, apakah bagus atau tidak voltase-nya. Ketika itu tidak bagus, ya harus diperbaiki saat itu juga,” terang Azis.
Dinas Gulkarmat Provinsi DKI Jakarta mencatat total kerugian materi akibat kebakaran mencapai sekitar Rp137,86 miliar. Besaran angka itu diperoleh dari hasil rekapitulasi peristiwa kebakaran sebanyak 755 kasus selama periode Januari hingga Juni 2019.
Dengan rincian, Jakarta Selatan menjadi daerah yang sering terjadi kebakaran dengan jumlah 212 kasus, diikuti Jakarta Timur dengan 185 kasus, Jakarta Barat dengan 133 kasus, Jakarta Utara dengan 118 kasus dan Jakarta Pusat 107 kasus. Ratusan kasus kebakaran yang terjadi di DKI itu didominasi oleh bangunan perumahan sebanyak 242 unit, instalasi luar gedung 238 unit, bangunan umum dan perdagangan 124 unit dan kendaraan 56 unit.
Sedangkan, faktor penyebab kebakaran beragam, mulai dari hubungan arus pendek atau korsleting listrik, kompor/gas, rokok, hingga kebakaran yang dipicu oleh pembakaran sampah. Sembilan orang dilaporkan meninggal akibat kebakaran yang terjadi sepanjang periode tersebut dan 60 orang mengalami luka-luka. (DDJP/alw/oki