Syarif, Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta, dahulu seorang wartawan media mainstream di dua kantor berita pada 1997. Lalu ia banting stir mantap menjajaki dunia politik untuk menggapai cita-citanya menyejahterakan buruh.
Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu sebelumnya pernah membangun sebuah Partai Buruh Nasional (PBN) sebagai akses menuju Senayan. Namun, takdir belum memihak kepadanya.
Tak berputus asa, keinginannya untuk memperjuangkan hak buruh ia salurkan melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Pangkalan Jakarta bersama Almarhum Mohamad Taufik di Tahun 2000.
Inilah awal karir politik Syarif dimulai. “Saya kemudian didaulat menjadi Ketua KPU (komisi pemilihan umum -red) Jakarta Pusat,” ungkap dia.
Lalu di 2008, ia bergabung dengan Partai Gerindra dan Tahun 2014 terpilih menjadi anggota legislatif DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019 untuk yang pertama kali.
“Saya pilih Gerindra karena partai ini memiliki misi menyejahterakan buruh. Sama dengan Partai Buruh Nasional yang pernah saya ikut sebelumnya,” tegas dia.
Syarif tinggal bersama sang ayah di Kampung Ketapang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Sang ayah berprofesi sebagai buruh pelabuhan dan banting stir untuk mengelola angkutan umum.
Jauh sebelum menjadi politisi, Syarif pernah kuliah di Universitas Yarmouk, Yordania, sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa S2-nya dari PB Nahdlatul Ulama.
Syarif pun memilih mengundurkan diri dan kembali terbang ke Indonesia. “Saya tidak tahan dengan situasi konflik Sunni dan Syiah,” tukas dia. (DDJP/apn/gie)