Suatu ketika, Bang Mamid kedatangan tamu, teman kuliah di Singapura puluhan tahun silam.
Temannya itu menginap di sebuah hotel berbintang, Jakarta.
Setelah beberapa hari di Jakarta, si tamu ingin mengunjungi Surabaya.
Lalu ke pulau Bali dan kembali lagi ke Jakarta melalui Yogyakarta.
Lantas, Bang Mamid megantarkan temannya menemui kepala resepsionis hotel tersebut.
Kepada kepala resepsionis hotel ia bertanya.
“ Saya ingin ke Surabaya, tetapi tidak ingin naik plane. Lalu, kendaraan apa yang nyaman untuk ke Surabaya?” tanya temannya Bang Mamid.
“Kereta malam, tuan,” jawab resepsionis dengan sopan.
“Kereta malam?” tanya temannya Mamid terkejut.
”Mana mungkin ke Surabaya naik kereta malam,” lanjutnya.
“Mungkin saja Tuan. Kalau tuan mau, karcisnya bisa kami pesan dari sini. Berangkatnya dari Stasiun Gambir pukul tujuh malam,” terang kepala resepsionis.
“Stasiun Gambir? Railway Stasiun Gambir?” katanya minta penjelasan.
“Benar tuan. Tetapi, kenapa tuan kaget?” tanya kepala resepsionis hotel.
“Ya. Karena di Singapura, kereta malam itu adalah kereta jenazah atau mobil jenazah,” jawab temannya Mamid. (stw)