Dalam sejarah transportasi di Jakarta, Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD) adalah perusahaan angkutan bus warisan dari perusahaan Bataviasch Vervoer Matchapij sebelum dinasionalisasi.
Hingga akhir 1950-an, PPD merupakan perusahaan angkutan bus satu-satunya di Jakarta. Tetapi, sejak awal 1960-an, di Jakarta juga telah beroperasi bus dari perusahaan swasta.
Belakangan, PPD hanya merupakan salah satu perusahaan kecil di antara perusahan bus dan selalu merugi. Kini, perusahaan tersebut berganung dengan PT Transjakarta, sebab kalah bersaing.
Pada 1980-an, Direksi PPD pernah mencoba memberlakukan sistem karcis untuk mendongkrak pemasukan. Mewajibkan setiap penumpang memiliki karcis sebagai bukti pembayar ongkos.
lalu, menugaskan seorang kondektur untuk melakukan pengecekan kepada setai penumpang. Jika penumpang tidak memegang karcis, diharuskan membeli karcis. Jika penumpang sering tidak membeli karcis, mereka akan dikenakan denda.
Ada kisah menarik, Bu Imah yang biasa naik PPD dari Blok M ke tempat kerjanya di Bendungan Hilir, Pejompongan, Jakarta Pusat.
Dia selalu membeli karcis. Di tas tangannya karcis-karcis itu selalu disimpan. Ketika seorang kondektur menanyakan karcis kepadanya, Bu Imah pun mengambil selembar karcis dari tas tangannya.
Setelah menerima karcis itu, sang kondektur mengamatinya dengan cermat sambil mengerenyitkan kening.
“Bu, ini bukan karcis hari ini. Jadi, ibu harus membeli karcis lagi,” ujar si kondektur.
“Apa? Saya harus membeli karcis lagi? Saya sudah membeli tadi,” jawab Bu Imah.
“Tapi, ini bukan karcis hari ini,” kata si kondektur.
Bu Imah kembali mengambil lagi selembar karcis dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada petugas sambil berkata, ”Ini kali, karcisnya”.
“Ini juga bukan Bu,” kata si petugas.
Bu Imah mencoba mencari-cari karcis hari ini dalam tas tangannya. Tetapi dia tidak tahu yang mana dari koleksi karcis dalam tasnya.
Akhirnya, dengan sedikit emosi, Bu Imah menyerahkan tas itu kepada petugas sambil berkata.
“Udah deh, bapak cari sendiri. Semua karcis yang kemarin-kemarin juga ada di dalam tas. Salah Bapak, kenapa baru memeriksa sekarang, tidak dari kemarin-kemarin,” katanya sengol. (DDJP/stw)