Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Rany Mauliani mendorong Dinas Kebudayaan dan Dinas Pendidikan agar berkolaborasi untuk mengenalkan lagi Budaya Betawi melalui ekstrakurikuler (Eskul) di masing-masing sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA atau SMK.
Menurut Rany, pengembangan bakat seperti di bidang seni, olahraga, dan keterampilan dapat dikaitkan dengan Budaya Betawi. Para siswa dapat mengenal sekaligus melestarikan Budaya Betawi.
“Kegiatan Ekskul bagus, karena memang kebudayaan-kebudayaan ini butuh wadah rutin dan jelas tempatnya untuk bisa terus berkembang, semoga ke depan kebudayaan Betawi mendapatkan kembali kejayaannya,” ujar Rany saat dihubungi, Jumat (14/2).
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Rany Mauliani. (dok.DDJP)
Budaya dinilai penting untuk dikenalkan kepada anak sejak dini. Tentu hal itu juga sebagai salah satu implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.
Meski demikian, Rany mengaku prihatin banyak masyarakat Jakarta yang tidak mengenalkan Budaya Betawi kepada anak-anaknya. Sehingga menyebabkan generasi penerus yang krisis identitas terhadap Budaya Betawi.
“Kondisi kebudayaan Betawi yg makin lama makin jauh dikenal masyarakat khususnya generasi anak-anak zaman sekarang, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk bisa mempertahankannya,” jelasnya.
Oleh karena itu, Rany mengusulkan gara Pemprov DKI Jakarta gencar menyosialisasikan Budaya Betawi di sektor pendidikan.
Sehingga ragam tradisi Betawi seperti, lenong bocah, tanjidor, pencak silat, ondel-ondel dan palang pintu dapat terus dilestarikan oleh generasi penerus bangsa.
Selain itu, tak kalah ketinggalan juga kuliner khas Betawi juga bermacam macam yang di antaranya ada, Es Selendang Mayang, Soto Betawi, Dodol Betawi, kerak telor, Bir Peletok.
Semua jenis kuliner itu juga dapat turut dilestarikan melalui sektor pendidikan. Sehingga para siswa dapat mengenal dan terus melestarikan Budaya Betawi.
“Harusnya kita jangan patah semangat untuk terus mensosialisasikan kebudayaan ini (Betawi-Red). Karena selain ondel-ondel masyarakat sudah mulai banyak yang tidak tau kebudayaan lainnya seperti lenong bocah, tanjidor, silat, palang pintu dan lain-lain,” pungkas dia. (apn/df)