Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta mendorong Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) terus mengembangkan kegiatan pelestarian seni dan budaya. Diharapkan kegiatan tersebut dapat menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD).
Anggota Komisi B, Nur Afni Sajim mengatakan, untuk mendapatkan PAD, Disparbud harus meningkatkan kualitas dari kegiatan kesenian dan kebudayaan agar dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Harus dihidupkan dengan kegiatan yang berskala Nasional dan Internasional sehingga mampu menarik PAD. Karena satu-satunya dinas yang bisa memberikan PAD adalah Dinas Pariwisata ini,” ujarnya di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (5/11).
Hal senada juga disampaikan Anggota Komisi B, Panji Virgianto Sedyo Setiawan. Ia menyebutkan, Disparbud dengan kegiatan yang dimiliki dapat mandiri menghasilkan pendapatan seperti deviden layaknya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Bisa mandiri dengan dana-dana yang dianggarkan, jadi PAD di DKI Jakarta bisa terangkat yang diperoleh dari datangnya turis dari lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Jakarta,” terang Panji.
Dalam Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Sementara (KUA-PPAS) APBD Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2019, Disparbud DKI mengusulkan anggaran pelestarian kesenian dan kebudayaan dengan rincian pelatihan seni budaya sebesar Rp322,32 juta, apresiasi dan kompetisi seni pelajar (TK, SD, SLTP, dan SLTA) sebesar Rp542,27 juta, lomba karya cipta musik Betawi sebesar Rp651,25 juta.
Selain itu, Disparbud juga mengalokasikan usulan anggaran keikutsertaan festival seni pertunjukan sebesar Rp1,99 miliar, serta penambahan kegiatan festival lenong bocah sebesar Rp500 juta.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disparbud DKI Jakarta, Asiantoro menjelaskan, seluruh kegiatan yang diusulkan pihaknya hanya fokus pada pembinaan seni dan budaya. Terkait usulan untuk menghasilkan PAD, ia menjelaskan akan mengevaluasi secara menyeluruh untuk menyelaraskan kegiatan pembinaan seni budaya dari segmen pelajar sampai dewasa.
“Karena memang kita sudah memutuskan kegiatan untuk pembinaan yang kecil-kecil itu. Kita harus melihat sektor pariwisata ini seperti dua sisi mata uang yang berbeda,” tandasnya. (DDJP/alw/oki)