Untuk menentunkan sikap harus mempertimbangkan untung rugi terlebih dahulu. Baik buruknya, manfaat tidaknya pilihan yang akan diambil.
Lebih-lebih sikap plitik yang tentunya akan berdampak kepada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Begitu pula sikap partai politik kepada kebijakan pemerintah, terhadap lawan politik, dan mitra politiknya.
“Berarti harus ada kalkulasi politiknya?” ujar Slamet mengawali obrolan di Balai Rakyat usai menghadiri acara sosialisasi Pemilihan Kepala Daeeah (Pilkada) bersama rekan-rekannya.
“Untuk menentukan pilihan dalam pemilihan ketua RT saja perlu ada beragam pertimbangan. Apalagi untuk kepentingan yang lebih luas, seperti Pilkada yang akan digelar November mendatang,” kata Syahri.
“Intinya, untuk menentukan piihan harus ada berbagai pertimbangan. Ada hitung-hitungan. Ada kalkulasi. Kalau mau buka usaha, juga ada kalkulasi ekonomi. Prospeknya usaha tersebut bagaimana, jika sikap politik, kalkulasi politiknya seperti apa,” kata Slamet.
“Untuk menentukan sikap, sebaiknya tidak asal agar tidak menyesal di belakang hari. Apalagi menyangkut bangsa dan ngara dan masa depan Rakyat Indonesia,” Mas Yoga menimpali.
“Itulah sikap yang diambil Sarjono dan teman-teman. Apakah mereka masih akan bergabung dengan perusahaan yang pernah memecatnya, atau akan tetap menjadi oposisi,” Iman ikut nimbrung.
“Memang mereka berpolitik praktis ?. Mereka kan Cuma karyawan biasa,” kata Syahri.
“Sepertinya, mereka bukan berharap memperoleh jabatan di perusahaan tempat mereka kerja dulu. Tetapi bagaimana mereka itu di ’uwong’ ke. Utamanya bagi kepentingan masa depan keluarganya, anak-anak mereka, teman-temannya yang juga menjadi korban pemecatan. Itulah sikap politik Sarwoko dan teman-temannya” kata Hendro.
“Sikap ini akan berdampak kepada tahun-tahun berikutya. Karenanya, perlu prtimbangan jeli dan rinci,” kata MasYoga.
“Sikap politik seperti ini juga akan berdampak pada Pilkada yang digelar November nanti. Jika sikap politik yang diambil Sarjono dan teman-temannya diambil sesuai dengan kehendak publik, maka akan bisa mendongkrak privasinya. Sebaliknya, jika bertolak belakang dengan keinginan publik, simpati Sarwoko bisa merosot. Ini bagian dari kalkulasi,” kata Iman.
“Wah, kamu lagaknya kayak analisis politik saja. Buktinya, perjuanganmu meminang Ruri gagal. Berarti kalkulasi politikmu nggak ampuh,” kata MasYoga.
“Aaaah,……..kenapa sih buka-buka kartu lama. Kan sama nasibnya dengan kamu. Buktinya, sudah empat kali melamar, baru sekarang berhasil menggaet cewek,” kata Iman.
“Dooo,…… jangan buka-buka luka lama kenapa,” kata Mas Yoga dengan muka merah. (DDJP/stw)