Topik pembicaraan paling hangat belakangan ini yang mencuat ke tengah-tengah masyarakat , selain judi online, game online, pinjaman online juga mengenai cuaca ekstrem yang menimpa Kota Jakarta.Yang tak kalah panas adalah pencalonan gubernur dan wakil gubernur masa bhakti 2024-2029.
“Fenomena judi online (judol) semakin meresahkan dan bikin miris. Karena, paparan judol tidak hanya menjangkau orang dewasa, pejabat, selebritas, dan remaja, bahkan anak-anak,” Solekan buka suara sambil garuk-garuk kepala.
“Saya dan mungkin banyak juga warga yang ikut miris. Betapa tidak? Data terbaru dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan, tercatat sebanyak 197.000 anak kecanduan judi online alias judol dengan nilai transaksi mencapai Rp 293 miliar,” Masrikan menimpali.
“Dalam tujuh tahun terakhir sejak tahun 2017 hingga 2023, jumlah anak yang terpapar judi online alias judol terus meningkat. Berdasarkan catatan, sejak masa Pandemi Covid-19 lalu meningkat hingga 300 persen,” Johansyah ikut nimbrung.
“Makanya, kamu hati-hati. Jangan sampai anak-anakmu terlibat dalam permainan judol,” Solekan setengah menasehati Masrikan, adik iparnya.
“Ngomong-ngomong, aku sudah lama nggak ngliat anak-anakmu belakangan ini. Kemana saja? Apakah mereka melanjutkan pendidikan di luar kota atau masuk pesantren? Kan mereka sudah selesai Madrasah Islamiyah Negeri (MIN) dan prestasinya cukup bagus,” tanya Solekan kepada Muslimin, adik sepupunya.
“Oh……..anu. Anak-anak Muslimin kini mulai merintis usaha dengan membuka outlet judol dan Gang Jembatan,” kata Johansyah.
“Waduuuuh………. Gawat dong. Pihak berwenang sedang gencar-gencarnya memberantas judol. Ini malah buka outlet judol baru,” kata Solekan sambil garuk-garuk kepala.
“Tapi hasilnya lumayan kok. Cukup menguntungkan,” jawab Johansyah.
“Menguntungkan.Tapi bisa merusak moral, tahu!” kata Solekan.
“Tidak juga. Bahkan keuntungannya bisa untuk bayar kuliah. Mereka juga happy-happy saja,” kata Muslimin.
“Kamu ini tipe orang tua macam apa sih. Kan situ tahu, permainan judol itu bisa merusak mental dan karakter anak-anak. Apalagi sekarang pemerintah lagi gencar memberantasnya,” hardik Solekan.
“Sabar dulu Bang. Anak-anak Bang Muslimin memang membuka outlet judol sejak setengah tahun lalu. Tapi aman-aman saja. Malah, hasilnya bisa buat biaya kuliah,” jawab Muslimin.
“Maksudmu?” tanya Solekan sambil melotot.
“Maaf Bang Solekan. Saya pengin kasih tahu. Kedua anak Bang Muslimin itu memang membuka outltet judol di Gang Jembatan untuk meneruskan usaha ayahnya. Jualan dodol alias judol, bukan judi online,” kata Johansyah.
“Ooooh…….aku kira …..,” kata Solekan sambil memeluk Muslimin erat-erat. (DDJP/stw)