Jamaludin, anak asli Betawi kelahiran Tahun 1972 itu berhasil duduk di kursi parlemen Kebon Sirih setelah lolos di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 dengan membawa bendera Partai Golongan Karya (Golkar).
Politisi yang akrab dipanggil Bang Jago Raba (Jamal Golkar Rawa Babon) itu membawa semangat untuk melestarikan budaya dan kesenian Betawi yang saat ini sudah tak seeksis tahun 70-an.
Terlebih Jakarta yang menyandang kota Metropolitan juga berfungsi menjadi pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia.
Di mana keanekaragaman suku dan budaya berkumpul di sini. Bang Jago tak ingin budaya Betawi dilupakan begitu saja.
Salah satu upaya yang dilakukan Bang Jogo dalam melestarikan budaya Betawi, yakni mendorong Pemprov DKI menerapkan Peraturan Daerah No. 4/2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.
Aturan itu mewajibkan adanya simbol atau pertunjukan ondel-ondel di tempat umum seperti tempat rekreasi, taman bermain, pusat perbelanjaan, dan hotel berbintang.
“Yang sudah jelas di depan mata ini kan Ondel-Ondel. Ondel-Ondel ini harus bisa dikasih tempat seperti halaman mall atau hotel berbintang, supaya mereka ini mempunyai tempat untuk menuangkan ide dan kreasi di tempat yang baik,” ujar dia.
Ia pun mengaku sedih karena ondel-ondel sebagai ikon budaya Betawi kini banyak dieksploutasi atau dijadikan sebagai objek mata pencaharian dengan mengamen.
“Sedih lihatnya, miris kita. Kalau menurut saya seharusnya ada perhatian dari Pemda DKI Jakarta untuk memberikan ruang saudara-saudara kita ini untuk menuangkan ekpresi dan kreasinya,” ucap Bang Jago.
Bahkan kecintaannya terhadop budaya Betawi dibuktikan dengan berdirinya sebuah Yayasan Panggung Rawa Bambon sejak tahun 2002 yang berlokasi di Jalan Rawa Bambon 27, RT 01/004, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur.
Beragam budaya Betawi turut dilestarikan oleh Yayasan itu, mulai dari Tanjidor, Gambang Kromong, Ondel-Ondel, Palang Pintu, Tari Topeng, Pencak Silat, Lenong, dan Tari Lenggang Nyai.
Bang Jago tidak pernah menarifkan harga untuk warga yang ingin bergabung di sanggarnya. Tak jarang di waktu luang, ia ikut melatih anak-anak sanggar belajar Pencak Silat.
“Saya belum pantas buat disebut pelatih. Sekedarya aja dari pada anak-anak disini olahraganya tidak jelas, apalagi musimnya anak tawuran. Makannya sejak dini kita tanamkan ilmu supaya anak kita lebih mengenal budaya kita sendiri seperti Pencak Silat,” tutur dia.
Warga sekitar rumahnya pun dibekali keterampilan membuat dodol dan minuman asli Betawi, yaitu Bir Pletok yang terbuat dari berbagai macam rempah seperti jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam.
Bang Jago berharap keterampilan membuat dodol dan bir pletok bisa membuat warga sekitarnya menjadi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menggerakkan roda perekonomian. (DDJP/gie/apn)