Anggota Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta Pantas Nainggolan menyoroti kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang masih belum maksimal dalam penanganan banjir.
Menurut Pantas, banjir di DKI Jakarta merupakan masalah klasik yang sudah ada sejak era Kolonial Belanda.
Kondisinya kini semakin kompleks. Hal itu karena kondisi lingkungan berubah-ubah, alih fungsi lahan tak beraturan, hingga penataan kota yang terkesan serampangan.
Sehingga diperlukan langkah optimistis secara berkelanjutan dalam menangani persoalan banjir.
“Perlu ada rencana yang berkelanjutan yang yang berkesinambungan ada di sana jadi supaya itu jadi pedoman gitu,” ujar Pantas di Gedung DPRD DKI Jakarta,” Selasa (9/7).
Dia mengungkapkan, banyak masyarakat yang sudah skeptis dan pesimis terkait pengendalian banjir yang tak kunjung tuntas.
Hal itu disebabkan kepemimpinan Pemprov DKI Jakarta tidak melanjutkan program yang sudah berjalan.Melainkan membuat program baru yang belum tentu dijalankan sesuai fungsinya.
“Saya menekankan infrastruktur banjirnya, seperti di sungai atau waduk, semua nggak ada yang berubah,” tegas Pantas.
Dalam hal ini, Pantas menekankan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung agar berkomitmen dan konsisten mengatasi permasalahan banjir di DKI Jakarta.
Pasalnya, banjir tidak dapat terselesaikan tanpa kepemimpinan yang berani, konsisten, dan berbasis tata kelola yang baik.
“Sudah dua pemimpin tapi tetap tidak terselesaikan,” tambah dia.
Pantas mengimbau agar Pemprov DKI Jakarta membuat langkah efektif dalam mengatasi banjir.
Penanggulangan banjir diterapkan secara bertahap dalam jangka pendek, menengah dan berkelanjutan.
Di antaranya, mengevaluasi kinerja pejabat yang kurang maksimal dalam mengatasi banjir.
Mengoptimalkan fungsj sodetan Sungai Ciliwung dan Bendungan Sukamahi agar maksimal dalam mengendalikan debit air dari hulu.
Melakukan normalisasi 13 Sungai Utama di DKI Jakarta. Terutama pelebaran, pengerukan, dan penguatan tanggul Sungai Ciliwung, Pesanggrahan dan Angke secara menyeluruh.
Merelokasi warga bantaran sungai secara layak dan menambah embung, waduk, dan danau buatan. Dengan demikian, tampungan air hujan sebagai alternatif ruang terbuka hijau.
“Ada 13 aliran sungai, satu sungai pun tidak pernah terselesaikan secara tuntas. Kira-kira ini hanya semacam pesan, siapa tahu bermanfaat untuk kita ke depan makasih,” pungkasdia. (apn/df)