Jakarta akan Lebih Mandiri

June 21, 2024 1:06 pm

Pemerintah Pusat telah memastikan perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini merupakan sebuah usaha untuk pemerataan pengembangan keseimbangan wilayah negara yang harus didukung semua pihak.

Beban Jakarta selama ini memang sangat berat dengan menjadi pusat pemerintahan dan fungsi-fungsi lainnya. Demikian ditegaskan Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Khotibi Achyar.

“Maka, akan terbantu dengan pemindahan ini. Berpindahnya ibukota negara ke Kalimantan Timur bukan berarti eksistensi Jakarta akan berkurang. Justru hal ini akan membuat Jakarta lebih mandiri,” papar dia.

Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Khotibi Achyar. (dok.DDJP)

Pria yang akrab disapa Haji Beceng itu mengemukakan, Jakarta telah mengemas diri menjadi megapolitan berskala internasional dengan segala fasilitasnya. Antara lain pengembangan berbagai infrastruktur, seperti pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan. Bahkan, termasuk bisnis dan entertainment menjadi branding yang akan dikembangkan karena memang sudah ada di Jakarta.

“Tinggal menyempurnakannya. Ke depan, ketika Jakarta tidak lagi menjadi ibukota negara, maka perhatian penuh akan lebih mudah dibentuk. Dengan branding sebagai kota kelas dunia atau global city, tentunya akan membuat Jakarta lebih menarik bagi para pelaku bisnis kelas dunia,” urai Beceng.

Pusat Budaya

Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Azhar menuturkan, sejarah Jakarta yang sangat panjang telah membawa jejak kebudayaan yang sangat beragam. Hal ini didukung oleh semakin tingginya tingkat urbaniasi. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan.

“Selain itu, dulu bangsa Eropa, Cina dan Arab datang ke Batavia untuk berbagai tujuan dan akhirnya menetap. Semua orang yang datang telah membawa budaya asalnya ke Jakarta. Saat ini, muncul perkampungan-perkampungan yang ditempati pendatang dari berbagai daerah Indonesia, bahkan dari luar negeri seperti Kampung Cina dan Kampung Arab,” kata dia.

“Inilah sebagai wilayah awal permukiman para pendatang dari suatu suku. Meskipun sekarang daerah yang identik dengan nama suku tidak lagi didominasi oleh penduduk dari suku daerah tersebut,” tambah Taufik Azhar.

Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Azhar. (dok.DDJP)

Ia mengatakan, pertemuan masyarakat dari berbagai suku telah mebentuk akulturasi budaya yang berkembang dan berlanjut menjadi identitas baru Jakarta. Sebuah transformasi yang telah berlangsung dengan bijak, mengingat akulturasi enghasilkan pluralisme yang menjadi pembentuk karakter masyarakat Jakarta.

Bahkan pluralisme ini yang membangun Jakarta yang tahun ini genap berusia 496 menjadi sebuah daerah yang demokratis dan kritis, karena mengakomodir banyak gologan.

“Berkembangnya Jakarta yang kini berusia 496 tahun dengan segala keberagaman, tidak menyebabkannya kehilangan akar budaya. Khususnya masyarakat Betawi yang kental dengan segala warisan budaya dan kearifannya. Ini merupakan hal penting sehingga ketika Jakarta bertransformasi secara global, maka Jakarta tidak akan tercabut dari akar budayanya. Sebaliknya, identitas ini akan terus bertahan dan mengakar sebagai bagian dari keaslian Jakarta,” tutur dia.

Kolaborasi dari Jakarta

Keraguan akan eksistensi Jakarta setelah perpindahan status ibukota harus dibuang jauh-jauh. Kota megapolitan Jakarta harus terus berevolusi dan berinovasi. Inovasi inilah yang selalu ditunggu oleh masyarakat Indonesia yang terus menjadikan Jakarta sebagai tolok ukur daerah maju dengan segala permasalahan dan solusinya, welau tidak selalu sempurna.

“Mengingat eksistensi Jakarta saat ini, perpindahan ibukota negara tidak akan menurunkan reputasi, kualitas dan daya tarik Jakarta. Justru sebaliknya. Dengan berpindahnya ibukota negara, maka Jakarta akan semakin fokus untuk memposisikan dirinya sebagai kota global,” Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Karyatin Subiantoro.

Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Karyatin Subiantoro.. (dok.DDJP)

“Juga dengan terlepas dari statusnya sebagai ibukota negara, maka Jakarta dapat memainkan perannya dengan banyak melaksanakan kolaborasi dengan kota-kota lain di dunia dan melibatkan kota-kota yang ada di Indonesia sebagai mitra bisnis. Mengingat kesiapan dan dukungan Jakarta yang sudah matang, maka tugas ini akan membawa Jakarta tetap memimpin daerah–daerah lain di Indonesia,” papar Karyatin.

Pesona Jakarta yang bersinar, lanjut dia, telah membuat semakin banyak daerah yang meliriknya sebagai pasar dan tempat berkolaborasi. Sebuah usaha kolaboasi yang cerdas, di mana daerah lain memanfaatkan peluang yang ada di Jakarta menjadi usaha bersama yang saling menguntungkan.

Bahkan, tegas Karyatin, ke depan peran tersebut akan semakin besar. Mengingat dari kolaborasilah berbagai inovasi akan muncul dalam berbagai bidang. Jakarta sebagai magnet telah menjadi pusat pertemuan dari semua suku, ras, agama dan golongan, harus memainkan peran penting untuk memperkuat Indonesia. (DDJP/stw/df)