Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina menilai, Bulog perlu secara intensif menggelar operasi pasar.
Menurut dia, operasi pasar sebagai upaya stabilisasi harga dan stok pangan jelang Lebaran.
“Artinya, Bulog harus menambah pasokan beras dari gudangnya sendiri. Sayangnya, berbagai upaya stablisasi harga itu sifatnya jangka pendek,” ujar politisi PDI Perjuangan itu, beberapa waktu lalu.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina. (dok.DDJP)
Ketika ada kesenjangan harga, kata Wa Ode, maka para petani berpotensi menjual beras ke pihak swasta yang mau membayar lebih mahal dari harga yang sudah ditetapkan.
Sehingga, tak menutup kemungkinan akan berdampak pada menurunnya serapan beras Bulog dalam negeri.
“Tetap dibutuhkan solusi jangka panjang yang tidak bisa hanya bergantung pada intervensi Harga,” tandas dia.
“Tetapi harus berfokus pada modernisasi pertanian dan efisensi rantai pasok,” tutur Wa Ode.
Kebijakan beras, kata dia, juga perlu mempertimbangkan berbagai aspek.
Sebab, kebijakan penetapan harga sangat mungkin mendistorsi pasar dan tidak mengatasi persoalan utama.
Belum efisiennya proses produksi beras, pada akhirnya menyebabkan kualitas belum terlalu baik dan harga tinggi.
“Soal menjaga stok dan stabiisas harga pangan ini, Perum Bulog memastikan segala upaya akan terus dilakukan.” ungkap dia.
Bahkan, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mukhammad Suyamto menetapkan target penyediaan stok beras nasional stabil dan dalam kondisi aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Target itu berasal dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP), maupun hasil pembelian gabah petani domestik.
Karena itu, Wa Ode meminta masyarakat tidak khawati tentang kelangkaan pasokan beras.
“Total stok beras yang dikuasai Bulog sekitar 1,9 juta ton,” imbuh Wa Ode. (stw/df)