Thailand, China, Korea Selatan, Australia, dan Jepang memiliki empat kunci mengembangkan industri halal.
Sementara Indonesia dengan potensinya yang besar, harus mampu swasembada produk halal serta berperan besar dalam industri halal global dengan menjadi pengekspornya.
“Saat ini Indonesia, terutama DKI Jakarta, masih menjadi importir produk makanan halal terbesar ke empat di dunia, dan menjadi pasar bagi produk swasta, idustri obat dan kosmetik halal, serta fashion syariah global. Hal itu diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardoyo saat membuka Festival Ekonomi Syariah Indonesia 2017 (FESI) di Surabaya, 9 November 2017 lalu,” ujar Anggota DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike, beberapa Waktu lalu.
Anggota DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike. (dok.DDJP)
Menurut dia, Indonesia tentu tidak ingin terus menjadi negara pengimpor produk halal karena akan memperlebar defisit transaksi berjalan dan menekan posisi neraca pembayaran.
“Dengan derasnya produk halal impor lebih jauh akan mengancam kemandirian dan ketahanan perekonomian nasional,” tambah Yuke yang juga bendahara umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jaya.
“Indonesia adalah pasar halal terbesar di dunia. Pasar bisnis halal di Indonesia mendekati Rp 300 triliun pada 2015. Belum termasuk busana halal dan pariwisata halal. Tapi siapa prmainnya, bukan negara Muslim, melainkan negara non-Muslim. Apakah kita rela sebagai pasar terbesar, tapi bukan pemain ? Cuma menjadi serbuan pasar halal dari negara lain?” kata dia.
Yuke mencontohkan, negara lain yang telah lebih maju dalam mengembangkan industri halal. Antara lain Thailand dengan produksi makanan bersertifikat halal.
Australia mengekspor daging halal. Cina mengekspor busana Muslim halal ke Timur Tengah, serta Korea dan Jepang banyak memproduksi kosmetik halal. Hasil produksinya kini menyerbu pasar Indonesia, dan terbesar pasar di ibukota.
“Indonesia (Jakarta khususnya), jangan hanya menjadi pasar. Peluang kita sangat besar. Kebutuhan masyarakat harus halal. Makanan halal, pakaian, juga wisata halal yang mulai dikembangkan. Potensi pasar halal kita ada. Mereka, Thailand, Korea dan Australia bicara soal thoyib. Indonesia halal, tapi belum bisa thoyib, daging sembelih halal, tapi belum bisa ikpor ke luar negeri. Arab daging halal dari Brasilia, mulai dari barang-barangnya thoyib bersih. Indonesia masih menjadi market (pasar), dengan penduduknya yang mayoritas Muslim,” tambah Yuke. (DDJP/stw)