Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin mengajak masyarakat menjadikan Idulfitri sebagai momentum saling memaafkan, tanpa rasa gengsi.
Menurut dia, tradisi saling memaafkan bukan sekadar kebiasaan. Namun perintah agama dan nilai kemanusiaan secara universal.
“Idulfitri sudah menjadi bagian dari kultur di Indonesia. Terlebih, budaya mudik memungkinkan keluarga besar berkumpul dan mempererat silaturahmi,” ujar Khoirudin.
Bagi Khoirudin, Idulfitri lebih dari sekadar perayaan. Momentum itu jadi kesempatan emas bagi mereka yang selama ini berjauhan untuk bertemu kembali.
Termasuk menghapus kesalahpahaman, serta memperkuat hubungan antarmanusia.
Komisi C DPRD DKI Jakarta itu mengingatkan, meminta maaf bukan hanya soal sopan santun, tetapi perintah dari Allah SWT.
Ia mengutip Surah Al-A’raf ayat 199, Khudzil afwa—jadilah kalian orang yang pemaaf.
“Saling memaafkan bukan sekadar tradisi, tetapi juga perintah Allah kepada umat Muslim,” tegas dia.
Ketua DPW PKS DKI Jakarta itu menekankan, Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk melepaskan beban emosional.
Bahkan, melepas luka lama, kesalahpahaman, dan kekecewaan. Dengan demikian, kehidupan bisa berjalan lebih ringan.
“Ini saat yang tepat untuk menghilangkan sakit hati, mengikhlaskan, dan saling memaafkan atas kesalahan yang pernah terjadi. Mari manfaatkan momentum ini sebaik-baiknya,” tutur dia.
Sering kali, meminta maaf dianggap sebagai tanda kelemahan. Justru sebaliknya. Menurut Khoirudin, memaafkan adalah bentuk kebesaran hati.
“Tanpa momen seperti ini, banyak orang ragu untuk meminta maaf karena gengsi atau takut dianggap masih menyimpan perasaan tertentu. Tapi dengan Idulfitri, semuanya menjadi lebih natural,” ungkap legislator asal Dapil 8 DKI Jakarta itu.
Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak menunda meminta dan memberi maaf. Kebersihan hati jauh lebih berharga daripada gengsi yang tidak berdasar.
“Ayo, jadikan Idulfitri sebagai momen untuk saling memaafkan dan mengikhlaskan, agar hubungan antarmanusia kembali harmonis, tanpa dendam atau ganjalan,” ajak Khoirudin.
Meski Idulfitri merupakan perayaan bagi umat Islam, sambung Khoirudin, semangat memaafkan berlaku untuk semua.
“Kita berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Semangat saling memaafkan ini tidak hanya terbatas pada sesama Muslim, tetapi juga dengan siapa saja,” tambah dia.
Agama Islam mengajarkan pentingnya memaafkan bagi semua orang, tanpa memandang perbedaan.
“Allah memerintahkan kita untuk memaafkan siapa pun, bukan hanya sesama Muslim,” tandas Khoirudin. (all/df)