Hubungan antara Jengkol, Jengkel, Jengkal, dan Terjungkal

May 27, 2024 1:28 pm

“Pilihan tidak enak adalah antara jengkol dan jengkel..” ucap sobat akademik, pilihan itu bukan aple to aple. Maksudnya adalah tidak seimbang. Juga tidak sepadan,” kata Fahmi mengawali obrolan di warung Pak Saji, penjual nasi uduk yang juga menyediakan semur jengkol.

“Maksudmu apa ? Apa hubungannya antara jengkol dan jengkel ? Saudara bukan,” kata Marsidi.

“Okelah kalau begitu. Aku akan membandingkan keduanya dengan pendekatan budaya. Galibnya, si jengkol dan si jenggkel itu adalah bersaudara, memang bukan saudara kandung, tetapi saudara tiri,” kata Fahmi.

“Aku makin nggak ngerti yang kamu maksud,” Dullah ikut nimbrung.

“Terserah kalian. Yang jelas, dalam Kamus Bahasa Indonesia, jengkel lebih dulu dihadirkan daripada jengkol. Mereka berada dalam rumpun huruf “J” dan di sana ada juga saudara muda bernama”jengkal” serta ”jungkal”. Yang juga sama-sama dalam rumpun ”J”.  Jadi, kalian bebas mau pilih yang mana. Jengkol atau jengkel ?” tanya Fahmi.

Semua orang yang sedang makan di warung Pak Saji itu melongo. Nggak ada yang berkomentar. Akhirnya Fahmi meneruskan ucapannya.

“Sejatinya, jengkol ketika direkayasa, akan menjadi makanan super maknyus. Ketika Pak Saji memasaknya menjadi semur, jadilah semur jengkol ketika dimasak orang Padang menjadi rendang, disebutlah namanya randang jariang. Ketika USA alias Urang Sunda Asli melalap jengkol mentah-mentah, rasanya dijamin bersahabat dengan lidah,” urai Fahmi.

“Lalu apa hubungannya dengan jengkel?” Pak Saji ikut nimbrung.

“Jengkel menurut kamus didefinisikan sebagai suasana hati yang mengkal bin sebel. Jengkel setelah menyaksikan atau merasakan sesuatu yang menyebalkan. Sialnya lagi, sobat tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa jengkel itu milik semua orang. Orang tua, anak muda, pria-wanita, juga mahasiwa seperti kalian. Mungkin hanya balita yang belum mendapat pelajaran ilmu pengetahuan jengkel. Baiklah, aku akan pilih dua-duanya.,” kata Fahmi.

“Lho ! Pilihan harus satu dong !” protes Nugroho.

“Okelah kalau begitu. Aku contreng jengkol sebagai pilihan utama dan jengkel sebagai pilihan kedua. Bolehkan?” tanya Fahmi.

Semua diam seribu basa. Pandangannya tertuju pada Fahmi yang kelihatannya begitu serius.

“Ini namanya win-win solution. Satu hal yang pasti, ketika menikmati jengkol, kita tidak akan kecewa. Apalagi berujung jengkel. karena memang jengkol adalah obat mujarab antioksidan, kata orang. Daya baunya itu yang meluluhlantakkan kuman, bakteri, dan virus di badan. Jengkol dan teman sejenisnya seperti petai dan kabau memang memproduksi bau yang tidak enak .Semua orang pasti nyengir “ dan otomatis menutup hidung ketika tersebar aroma jengkol. So pasti kecewa. Karena itu, jangan dekat sejengkal pun dengan si jengkol. Nanti sobat terjungkal.. Hanya satu profesi yang merasa jengkel terhadap jengkol,” lanjut Fahmi.

“Siapa dia ?”tanya pengunjung warung Pak Saji hampir serempak.

“Ya. Dia adalah petugas cleaning service yang tugasnya membersihkan WC. Pembersih toilet marah besar ketika penikmat jengkol tidak menyiram toilet setelah melepaskan hajat besar. Bukan hanya karena berbau menyengat, tetapi juga ia melekat pekat,” kata Fahmi.

“Oooooo…………… Semua orang yang berada di warung Pak Saji Cuma melongo. Cuma, pembantu Pak Saji yang senyum kecut. Karena dia sering mengalaminya saat membersihkan WC. (DDJP/stw)