Hidup Itu Adalah Seni

September 5, 2024 11:06 am

Harus disadari, hidup itu adalah seni. Ada tantangan, ada perjuangan, dan problem. Ada keindahan, kenikmatan, dan kebagaiaan.

Yang pasti, hidup ini harus dijalani. Hidup ini juga harus disiasati, dan hidup ini juga adalah pelajaran.

Demikian diungkapkan Pak Soeratman, mantan guru budi pekerti, merangkap guru Ilmu Hayat dan Ilmu Bumi, diera tahun 1960-an saat reuni dengan mantan murid-muridnya di ruang sekolah tempat dia mengajar dulu.

“Saya pernah mengatakan, ada pepatah megatakan, pengalaman adalah guru paling baik. Kenapa harus menderita kalau bisa bahagia? Kenapa dipersulit jika bisa dipermudah? Kenapa bisa rumit jika bisa simpel? Pernyataan-pernyataan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa hidup ini memang perlu di-manage dan perlu disiasati,”imbuh Pak Soeratman.

Memang, ada sejumlah kiat yang ditawarkan oleh para arifin di dalam menjalani kehidupan ini. Di antaranya ialah memiliki barang-barang yang benar-benar dibutuhkan. Sebaliknya sisihkan dahulu daftar barang yang diinginkan.

“Dalam kenyataan hidup ini sesungguhnya kebutuhan kita sedikit. Yang banyak adalah keinginan. Kita harus membedakan secara tegas antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah benar-benar mendesak dan sangat diperlukan. Sedangkan keinginan lebih merupakan harapan-harapan ideal yang belum terpilih. Mana kebutuhan primer dan mana kebutuhan sekunder,” imbuh dia.

“Pak, ada kalanya hidup ini perlu dijalani secara praktis fragmatis. Tetapi ada juga dimensi di dalam hidup ini memerlukan visi, misi dan filosofi. Di dalam Islam disebutkan, niat menjadi amat pentng di dalam menjalani kehidupan ini. Tetapi kok, saya rasanya masih belum menemukannya,” tanya Toriq.

“Maksudmu apa?” taya Pak Soeratman.

“Dalam berumahtangga selama ini, saya rasakan belum adanya sinkronisasi pendapat dengan istri saya. Masih sering terjadi silang pendapat. Ujung-ujungnya pertengkaran. Lantas, apa yang harus kami perbuat?” tanya Rochim.

“Manusia memiliki dua kapasitas. Yaitu sebagai hamba dan khalifah. Hidup sebagai hamba membutuhkan tanggung jawab. Sekali lagi, niat menjadi amat penting. Karena niat bukan sekedar terucapnya maksud dan tujuan di ujung lidah. Tetapi, secara implisit juga mengisyaratkan adanya program atau planning dan kontroling,” urai Pak Soeratman.

“Nah, itulah Pak. Kami berdua suka lupa kontroling. Sering emosional. Itu yang kami alami selama ini. Sering terpancing emosi satu sama lainnya,” kata Rochim.

“Jika kalian ingin hidup teratur, jangan berani memasang jerat-jerat dalam kehidupan yang menghalangi kemerdekaan dan kebebasan hidup. Ada pepatah mengatakan, ‘ala bisa karena biasa’. Kita perlu menumbuhkan sikap dan karakter yang sekaligus menjadi modal dasar di dalam mejalani kehidupan. Jika tatanan hidup sudah menjadi karakter, maka akan terasa mudah menjalani kehidupan ini. Meski pun orang lain prihatin dengan ketatnya pola kehidupan yang dipilih, tetapi yang bersangkutan merasakan kenyamanan dengan pola itu,” beber Pak Soeratman.

Rochim dan teman-temannya cuma manggut-manggut. Mereka dibikin kaget ketika Sulastri, istri Rochim maju ke depan menyalami Pak Soeratman dan amprok dipelukan Rochim sambil minta maaf.

“Naaaah, begitu dong. Kan mesra jadinya. Jangan ulangi lagi kebiasaan lama ya. seloroh teman-teman Rochim. Mereka bersorak ketika Rochim mencium pipi dan dahi Sulastri bertubi-tubi. (DDJP/stw)