Helicak, Jelajah Perkembangan Transportasi di Jakarta

August 8, 2024 10:49 am

Transportasi merupakan cara memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Bahkan pada zaman sebelum penggunaan mesin, transportasi juga menggunakan hewan. Para ahli sepakat bahwa transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas sehari-hari.

Sesuai perkembangan zaman, transportasi menjadi alat yang semakin dibutuhkan. Bentuk alat transportasi terus mengalami perkembangan.

Semakin canggih. Sebab, manusianya semakin canggih memikirkan dan menciptakan alat transportasi yang dianggap paling efektif dan efisien.

Seperti di Kota Jakarta yang banyak menyimpan sejarah panjang perkembangan alat transportasi. Masyarakat di kota yang kini dikenal semakin modern ini, berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi sudah ada. Yakni MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.

Namun sebelum semua transportasi itu ada, berbagai bentuk transportasi telah dirasakan juga oleh masyarakat dari masa-masa sebelumnya. Seperti Delman, Becak, dan Trem.

Selanjutnya alat ransportasi yang disbut Helicak. Ini merupakan gabungan kata helikopter dan becak. Dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip kedua alat transportasi tersebut.

Helicak pertama kali diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.

Seperti becak, penumpang duduk di dalam kabin dengan kerangka besi dan serat kaca yang ada di bagian depan. Penumpang dipastikan terlindung dari panas, hujan, maupun debu jalanan.

Kabin itu hanya muat dua penumpang dewasa. Sedangkan pengemudinya ada di bagian belakang. Memiliki bentuk seperti helikopter, Helicak adalah moda transportasi umum mirip becak.

Helicak sempat eksis di jalanan DKI Jakarta di sekitar tahun 1970-an di masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.

Pada saat itu, transportasi umum masih jarang, terlebih yang memiliki mesin kecil seperti Helicak. Karena itulah, Helicak jadi populer karena dinilai lebih efektif.

“Helicak merupakan salah satu jenis kendaraan roda tiga yang pernah mewarnai jenis angkutan umum berpenumpang dua orang di Jakarta,” seperti tertulis di laman resmi Pemprov DKI Jakarta.

Sesuai namanya, kata Helicak merupakan gabungan dari helikopter dan becak. Bentuknya yang mirip kabin helikopter yang membuat transportasi ini dinamakan demikian.

Berbeda dengan becak pada umumnya, Helicak memiliki kabin tertutup terbuat dari bahan fiber glass. Inilah yang membuat Helicak lebih digemari penumpang saat itu.

“Helicak terbuat dari rangka besi yang dindingnya terbuat dari serat fiber, di situ penumpangnya terlindung dari panas, hujan, ataupun debu. Sementara untuk pengemudinya harus rela terkena hujan maupun paparan sinar matahari yang panas,” tulis di website resmi itu.

Menggantikan Becak

Kelahiran Helicak diprakarsai oleh Gubernur Ali Sadikin di tahun 1971. Keberadaannya diproyeksi mampu menggantikan kendaraan becak yang masih menggunakan tenaga manusia.

Menurut Ali Sadikin, kendaraan becak dinilai tidak manusiawi. Sehingga perlu diperbaharui dengan kendaraan transportasi massal yang menggunakan mesin vespa.

Helicak pertama kali beroperasi di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, satu tahun sebelum peluncurannya. Saat itu kawasan pelabuhan tersebut masih dipenuhi oleh operasional dari ojek sepeda.

Impor Mesin dari Italia

Mesin Helicak menggunakan mesin Vespa. Diketahui, mesinnya menggunakan mesin skuter Lambretta dan diproduksi di Italia. Di tahun tersebut, Indonesia berhasil mengimpor sebanyak 400 unit, dengan harga satuan saat itu Rp400.000.

“Untuk helicak memiliki spesifikasi mesin 2-tak berkubikasi 148 cc, dengan kekuatan daya tarik sebesar 8,7 dk. Helicak juga sanggup dipacu hingga 101 km/jam. Sedangkan pada mesin skuter Lambretta SX 150, pertama kali diproduksi tahun 1966 dan berakhir pada 1969.

Skuter ini menggendong mesin 2-tak berkapasitas 150 cc yang sanggup menghasilkan tenaga 8,8 dk dan bisa dipacu sampai kecepatan 96 km/jam,” dilansir dari laman Good News From Indonesia.

Helicak masih terlihat diimpor di tahun 1999, dengan harga Rp525.000 per unit. Namun keberadaannya mulai tergantikan dengan kendaraan yang bajai yang dianggap lebih ramah penumpang dan pengemudi.

Tidak Langgeng

Helicak juga disebut hanya memiliki usia pendek, yakni 5 tahun saja. Alasan lain kenapa Helicak tidak bisa bertahan adalah karena keamanan penumpang.

Banyak yang beranggapan kalau posisi penumpang yang ada di depan akan berbahaya jika terjadi kecelakaan. Belum lagi pengemudi yang ada di belakang tidak dilengkapi fasilitas pelindung.

Di tahun 1975-1976, penggunaannya perlahan mulai kendaraan Bajai asal India. Dan 714 buah Helicak di Jakarta dipensiunkan. Sebelum pensiun, ternyata Helicak juga pernah populer di kota-kota lain seperti Surabaya, Salatiga hingga Yogyakarta.

Sejak akhir tahun 1990-an, keberadaannya kian sulit ditemukan. Di tahun 1997, tercatat hanya sisa empat Helicak yang masih beroperasi.

Kemudian di tahun 2004, tahun terakhir keberadaan Helicak. Saat itu hanya tinggal tersisa satu unit Helicak yang beroperasi. Setelah itu, hingga saat ini, tidak ada lagi Helicak di jalanan ibukota.(DDP/df)