Kenaikan harga beras yang diterjadi belakangan ini menuai keprihatinan dari kalangan politisi di Kebon Sirih. Pasalnya, kenaikan harga itu terjadi pada saat kondisi perekonomian masyarakat belum stabil pasca diterjang Pandemi Covid-19.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Syahrial merasa prihatin atas keresahan masyarakat terkait harga beras di pasaran belum stabil dan cenderung naik.
Menurut Syahrial, alasan gagal panen akibat cuaca buruk dianggap tak sebanding dengan harga beli beras yang sangat tinggi.
“Di lapangan sekarang, rakyat resah dengan kenaikan harga beras. Kita ingin ada gambaran kenapa beras naik. Mungkin bisa dijawab karena gagal panen, tapi kami ingin tau ini sebabnya, karena naiknya luar biasa,” ujar Syahrial di Ruang Rapat Komisi C DPRD DKI Jakarta, Rabu (20/3).
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Syahrial. (DDJP/rei)
Ia mengungkapkan, situasi harga beras yang naik tinggi telah menyebabkan kesusahan di masyarakat. Apalagi sudah mendekati Hari Raya Idulfitri, harga beras belum juga menunjukan tanda-tanda turun.
“Tadi dibilang kalau dijual di atas HET, tapi di masyarakat tidak begitu. Kami tidak ikhlas juga naiknya drastis juga dalam kondisi rakyat yang lagi susah,” ucap dia.
Syahrial mengimbau, harga beras yang tidak stabil harusnya ditangani Pemprov dengan cepat. Sehingga daya beli masyarakat masih kuat.
Ia tak ingin fluktuasi harga beras saat ini terus dibiarkan tanpa ada aksi nyata untuk menekan atau menurunkan harganya.
“Yang begitu-begitu kok tidak cepat ditangani. Jangan sampai dibiarkan. Jadi masing-masing kan sudah punya rencana tapi nyatanya berasnya tetap tinggi harganya. Beras ini hajat hidup rakyat banyak,” tutur Syahrial.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo menjelaskan, untuk menjaga ketersediaan bahan pangan, pihaknya menyiapkan jutaan ton beras sehingga harga beli beras di Jakarta masih lebih rendah dibandingkan daerah-daerah lain.
“Kami lakukan distribusi 15 juta kilogram ke area ritel menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dari tanggal 15 Februari sampai 12 April lebaran. Namun ternyata karena permintaan sangat besar kami sudah suplay 19 juta ton. Kami targetkan sampai lebaran 25 juta ton,” ucap dia.
Sementara, sambung dia, tingginya harga beras disebabkan beberapa hal. Di antaranya stok yang terbatas akibat suplay dari petani juga berkurang karena bergesernya masa tanam yang menyebabkan bergesernya masa panen. (DDJP/bad/gie)