Gerbang Amsterdam, Saksi Bisu Jakarta di Masa Lalu

November 14, 2025 7:56 pm

Banyak tempat di Jakarta yang menjadi saksi sejarah panjang keberadaan Belanda di Indonesia. Dari sekian tempat yang jumlahnya tak terhitung, salah satu yang masih membekas yakni bangunan Gerbang Amsterdam yang berlokasi di sewkitar Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Tetapi, bangunan tersebut kini sudah tak terlihat sedikit pun. Sejak 1950, bangunan yang dahulu menjadi benteng (poort) pertahanan Belanda di Jakarta Utara itu dihancurkan.

Sebab keberadaannya mengganggu lalu lintas di Jakarta. Seiring menggeliatnya Pemprov DKI Jakarta membangun dan mempersolek diri.

Pegiat Sejarah Unversitas Indonesia (UI) Kartum Setiawan mengemukkan, sebelum penghancuran bangunan itu, kondisi lalu lintas di sekitar Pasar Ikan sangat ramai.

Sementara, bangunan Gerbang Amsterdam posisinya membelah jalan raya, hingga membentuk benteng di tengah jalan..

“Saat itu diputuskan, dihancurkan demi kelancaran lalu lintas. Karena Indonesia baru lepas dari penjajahan Belanda, sentimen antiBelanda sangat kuat. Sehingga, segala bentuk sisa peninggalan Belanda banyak yang dihancurkan,” papar Kartum Setia.

Melansir berita dari berbagai sumber menyebutkan, Gerbang Amsterdam adalah bangunan yang menjadi bagian dari Kastil Batavia.

Posisinya berhadapan langsung dengan Pelabuhan Sunda Kalapa. Kastil tersebut sebelumnya menjadi rumah gubernur jenderal Balanda dan staf.

Saat Gubernur Jenderal Deandels, bangunan tersebut dihancurkan. Penghancuran itu diperkirakan terjadi antara 1808-1811. Setelah itu, Daendels memindahkan pusat pemerintahan ke sekitar Gambir dan Lapangan Banteng.

Sebagai bagian dari kastil, Gerbang Amsterdam dibangun pada abad ke-17. Setelah itu, renovasi bangunan terjadi beberapa kali pada tahun-tahun berikutnya.

Salah satu renovasi menggunakan roboco. Di kedua sudut gerbang dipasang patung Mars, yaitu Dewa Peperangan Romawi dan patung Minerva, yaitu Dewa Seni Romawi.

Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Jakarta saat itu, Kartum menjelaskan, kawasan Pasar Ikan menjadi kawasan favorit bagi penduduk Jakarta dan juga warga Belanda.

Terbukti, pada bagian kanan Gerbang Amsterdam terdapat jalur trem kota yang posisinya membentang dari Nieuwpoort Straaat (kini Jl. Pintu Besar) ke Pasar Ikan.

Jalur trem tersebut menjadi transportasi andalan warga Jakarta untuk bepergian. Sebagai transportasi publik yang meenjadi pilihan nomor satu warga kota, trem terus mendapat perhatian dan peremajaan jalur maupun sarana transportasinya.

Pasar Ikan sebagai salah satu bagian dari rute trem, kemudian ikut mendapat perhatian. “Jadi, sebelum trem di jalur baru saat itu, rute akan dibangun degan memotong bangunan Gerbang Amsterdam. Tetapi, karena gerbang terlalu kecil, sehingga trem tidak bisa melewatinya. Akhirnya, opsi dipilih dengan menggesr rute trem ke bagian kanan gerbang, sekaligus menghancurkan Gerbang Amsterdam,” papar Kartum.

Jika Gerbang Amsterdam itu masih ada sekarang, imbuh dia, posisinya ada di dekat petemuan Jl. Tongkiol (Kanaal. Weg).

Kawasan tersebut sudah menjadi kawasan padat penduduk dengan banyak permukiman. Tak ada sisa atau bekas dari Gerbang Amsterdam yang pernah menjadi saksi sejarah Jakarta.

Tentang keinginan para pegiat dan pecinta sejarah untuk membuat replika Gerbang Amsterdam di lokasi yang sama sekarang, Kartum berpendapat, itu bisa dipertimbangkan.

“Tetapi, jika melihat kondisi sekarang, bangunan dan lokasi replika tidak harus sama di lokasi yang lama. Namun, bisa saja saja dibangun di lokasi baru yang memungkinkan dari sisi lokasi dan posisi,” pungkas Kartum. (stw/df)