Ketua Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta Nova Harivan Paloh meminta pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) dan Dinas Kebudayaan (Disbud) menjalin sinergitas membangun pusat oleh-oleh khas Budaya Betawi di kawasan Jakarta Pusat.
Menurut Nova, salah satu tujuannya untuk mengenalkan Budaya Betawi kepada wisatawan lokal maupun mancanegara melalui penjualan cinderamata dan kuliner khas Betawi.
Terlebih juga disediakan wadah untuk seni pertunjukan seperti lenong, topeng belantek, tanjidor, ondel-ondel, rebana biang, seni tari, ondel-ondel dan sebagainya.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Nova Harivan Paloh. (dok.DDJP)
Selama ini, lanjut Nova, pusat pelestarian Budaya Betawi hanya terpusat di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Untuk itu diperlukan pusat oleh-oleh khas Betawi yang berpusat di tengah kota Jakarta.
“Setu Babakan jaraknya terlalu jauh dari tengah kota. Saya minta di tengah kota juga harus ada juga.Jadi satu tempat yang ada kulinernya, kegiatannya, oleh-olehnya khas Betawi,” ujar Nova saat ditemui di gedung DPRD DKI Jakarta.
Selain itu, Nova juga mendorong Disparekraf dan Disbud untuk mengenalkan atau menjual produk dan kuliner khas Betawi. Tentu hal itu menjadi bagian dari implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Budaya Betawi.
“Kita ingin dorong apakah di setiap hotel di Jakarta ini sudah ada makanan khas Betawinya? terus juga ornamen ornamen Betawi seperti yang ada di pusat perbelanjaan, hotel itu kan harus ditampilin, itu yang paling penting,” ungkap Nova.
Oleh karena itu, harap Nova, Pemprov DKI Jakarta lebih gencar lagi menyosialisasikan Budaya Betawi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Sehingga menuju kota bisnis berskala global, Budaya Betawi mampu menjadi salah satu sektor bisnis yang mempunyai profit yang cukup menjanjikan.
“Kami mendorong Dinas Pariwisata untuk terus mempromosikan Budaya Betawi di tahun 2025. Hal ini harus digaungkan lagi. Khususnya di tempat tempat pariwisata,” pungkas Nova. (apn/df)