‘Gara-gara Sirekap’

February 29, 2024 3:16 pm

Mengacu pada pernyataan pemerintah yang menyebut bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini sebagai Pemilu yang jujur dan adil alias (jurdil) atau tahun perdamaian, ternyata bertolak belakang dengan kenyataan.

Pemilu 2024 dinilai sebagai Pemilu terburuk dalam catatan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), spontan menjadi topik hangat dalam setiap pembicaraan disemua lapisan masyarakat.

Tak terkecuali Panut, karyawan sebuah usaha giling tahu dikampung Duri, juga ikut-ikutan nimbrung hingga larut malam. Kadang-kadang, ia bersitegang dengan lawan debatnya ketika perdebatan soal menyangkut perolehan suara capres-cawapres yang didukungnya.

“Ngapain kamu ikut-ikutan debat sampai larut malam. Toh tidak ada untungnya. Siapa pun yang terpilih, nggak bakalan naikin derajatmu sebagai tukang giling tahu. Paling-paling dapet beselan amplop isinya Rp 20 ribu,” kata majikannya karena Panut terlambat bangun pagi dan terlambat merebus kacang kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe.

Panut menyadari bahwa apa yang dikatakan majikannya itu memang benar adanya. Tapi sebagai anggota masyarakat yang mendukung salah satu figur yang menjadi favoritnya, ia tak rela kalau dicurangi.

Ia merasa geregetan saat membaca berita di salah satu koran yang menyebutkan Sirekap salah baca data angka. Angka 3 terbaca 8 dan angka 2 terbaca 7.

“Katanya mesin canggih. Pintar membaca angka. kok begitu. Yang aneh lagi, Sirekap itu tiba-tiba eror atau mati saat penghitungan suara. Bahkan disebut-sebut servernya berada di China. Jangan-jangan itu politik kong-kalikong paslon tertentu dengan juragan IT China,” kara Panut.

“Kamu jangan macem-macem. Tukang giling tahu aja sok pinter,” kata Koh Liem Pung An, juragan tahu Kampung Duri sambil menyuruh Panut berbelanja kacang kedelai ke toko Babah. Tjing Toe Loeng An .

Sambil bersungut-sungut, Panut pun pergi berbelanja. Dia diberi catatan untuk membeli 80 kg kacang kedelai untuk tahu dan 70 kg kacang kedelai untuk bahan tempe.

Tetapi sepulang belanja, sampai di rumah juragannya, dua karung kedelai itu beratnya hanya 30 kg dan 200 kg kedelai. Majikannya pun marah-marah.

“Kenapa kamu begitu? Kamu kan sudah lama jadi pegawai saya dan orang kepercayaan saya. Apa otakmu sudah error?” hardik juragannya.

“Ya….ya…..Koh.. Otak saya lagi error. Sirekap saja, mesin canggih multi modern saja bisa error, apalagi otak manusia. Otak saya juga ikut-ikutan error, gara-gara Sirekap yang error menghitung suara hasil pemilu,” jawab Panut sambil ngeloyor. (DDJP/stw)