Geliat menyambut Ramadan telah terlihat. Takmir mengecat ulang masjid dan menyiapkan fasilitas lainnya untuk menyambut membeludaknya jemaah. Baik untuk salat wajib, tarawih, maupun kegiatan lainnya.
Ramadhan sering kali menjadi pemompa semangat umat Islam untuk lebih giat beribadah. Mereka mengejar berbagai kebaikan dan berharap ampunan. Maka, masjid-masjid lebih penuh, bahkan terkadang tak mampu menampung jemaah.
Masjid kian semarak dengan kegiatan bukan hanya untuk jemaah dewasa, melainkan juga anak-anak muda. Mereka menarik teman-teman sebayanya untuk ke masjid mengikuti serangkaian kegiatan dari kajian agama hingga musik bernuansa Islami.
Meski kita juga harus akui, menjelang akhir Ramadhan biasanya jamaah masjid makin surut. Penyebabnya, ada sebagian jamaah yang merupakan perantau telah pulang ke kampung halamannya. Sebagian lagi berkonsentrasi dengan pernak-pernik menyambut Lebaran.
Di sisi lain, badan dan lembaga zakat juga tak mau ketinggalan. Momentum Ramadan menggerakkan mereka untuk meningkatkan literasi zakat masyarakat.
Ramadan seakan menjadi puncak literasi dan kampanye zakat. Masyarakat diketuk hatinya untuk mengikhlaskan sebagian dari hartanya didonasikan kepada mustahik melalui badan maupun lembaga zakat.
Apalagi, Nabi Muhammad SAW juga sangat ringan tangannya untuk mendermakan hartanya saat Ramadan. Maka, badan dan lembaga zakat bergerak mengampanyekan pentingnya zakat, infak, dan sedekah.
Mereka menekankan pentingnya berzakat, berinfak, dan bersedekah. Dana yang terhimpun digunakan untuk memberdayakan kaum dhuafa.
Titik-titik penghimpunan mereka sebar untuk memudahkan masyarakat berdonasi. Termasuk di pusat-pusat perbelanjaan.
Cara donasi juga dibuat mudah. Artinya, mereka tak melulu mengandalkan gerai penghimpunan, tetapi juga bisa dengan transfer melalui bank dan cara lain yang memudahkan.
Program-program pemberdayaan penghimpunan selama bulan suci ini. Puluhan bahkan ratusan miliar rupiah dana pun terhimpun.
Meningkatnya semaangat ibadah dan berderma merupakan energi positif yang bersumber dari Ramadhan. Masyarakat memiliki dorongan lebih kuat untuk menunaikan ibadah bersifat ritual juga berkeinginan lebih dalam ibadah sosial.
Artinya, masyarakat ingin berbagi dengan orang lain. Termasuk kepada kaum duafa lewat zakat, infak, maupun sedekah.
Maka, mari kita gali energi-energi positif lainnya agar kita benar-benar mampu mewujudkan Ramadan sebagai bulan penuh rahmat.
Jadi, Ramadan mestinya membuat kita tergerak melakukan lebih banyak amal kebaikan sekecil apa pun. Dari sekedar berbagi makanan berbuka dengan orang lain hingga tolong menolong dalam menunaikan kebaikan.
Tentu kita juga berharap kebaikan-kebaikan selama Ramadan. Dengan demikian, kebaikan itu berlanjut pada bulan-bulan berikutnya hingga Ramadan datang kembali. Begitu seterusnya. (DDJP/red)