Ketekunan dan kerja kerasnya menjadi dorongan kuat duduk di kursi parlemen. Kebiasaan dan gemar mendengarkan suara hati ‘aspirasi’ masyarakat bawah, akhirnya berbuah manis. Kini, Eneng mewakili masyarakat menjadi anggota DPRD DKI Jakarta.
Wanita kelahiran Garut, 17 Januari 1987 itu, menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung di tahun 2009.
Selanjutnya, Eneng Malianasari merantau ke Jakarta. Tinggal bersama sang ayah yang berprofesi sebagai sopir bus rute Jakarta (Kampung Rambutan)-Bandung.
Awalnya, ia belajar mendengar lalu memahami suara lingkungan masyarakat kelas bawah. Tidak sulit bagi Eneng melakukan hal itu. Sebab, ia dan keluarganya juga berasal dari lingkungan masyarakat yang sama.
Minatnya terhadap politik tumbuh di tengah lingkungan para pedagang, sopir, dan kernet. Meski dirinya tidak pernah bermimpi untuk menjadi wakil rakyat. “Ah, itu mah seperti burung pungguk merindukan bulan,” tutur dia.
Jelang 2015, Eneng pernah diajak teman terlibat dalam diskusi-diskusi terkait pemerintahan dan ragam kehidupan beragama yang diselenggarakan oleh PSI (Partai Solidaritas Indonesia).
Tak berapa lama, Eneng pun mendapat kesempatan untuk menjadi kader PSI. Di partai itulah, ia mulai fokus mendalami berbagai persoalan yang dialami masyarakat.
Kemudian di 2019, ia memutuskan untuk maju sebagai calon legislatif (caleg) di bawah bendera PSI. Bahkan, mendapat dukungan 4.700 suara. Sehingga ia berhak mendapatkan kursi di DPRD DKI Jakarta. Di sinilah, Eneng mulai menyalurkan aspirasi masyarakat lewat berbagai kritik dan gagasannya. (DDJP/gln/rul)