‘Enak Kali Jadi Caleg’

February 21, 2024 3:14 pm

Pemilihan Umum 2024, Jali ngendon terus di bekas tempat pemungutan suara (TPS) di mana dia menyalurkan aspirasinya, yakni nyoblos calon legislatif (caleg) yang pernah memberinya amplop berisi Rp. 100.000. Dengan catatan harus nyoblos si pemberi amplop.

Masih hangat dalam ingatannya, pesan si pemberi amplop, dia diminta ngajak minimal lima temannya untuk nyoblos si caleg. Alasannya jika setiap TPS di lingkungan RW di mana Jali dan keluarganya tinggal, berarti si caleg sudah terbantu 60 suara di satu RW. Apalagi di RW tempat tinggalnya tercatat ada 16  RT dan terdapat 12  TPS.

Mpok Limah, bininya terus nyap-nyap, lantaran anak-anaknya, Boim, Boni, Somad, Nonon, dan Entin tidak terurus. Apalagi jika melihat Jali sering duduk melamun di bekas TPS, membuat bininya tambah empet.

Anak-anaknya sudah merengek-rengek mintadibeliin pakaian Lebaran. Masing-masing sudah punya catatan jenis pakaian apa yang mereka inginkan.

“Kalian pada kira-kira dong. Ayahmu kan sudah setengah tahun tidak bekerja. Baru kemarinja di saksi di TPS, honornya juga sudah ludes buat bayar utang. Sudah seminggu, enyak tidak dikasih uang belanja. Terpaksa ane gadein cincin kawin buat kebutuhan sehari-hari,” kata Mpok Limah nyerocos seperti lokomotif uap.

“Allaaaaa…..nyak. Sekali-kali kek beliin baju yang mendingan. Dari tahun ke tahun, masya modelnya begitu-egitu saja. Bahannya dari blacu. Kan sudah ketinggalan jaman. Ini kan jaman kemajuan. Jaman modern,” kata Boim.

“Memang, ini jaman kemajuan. Tetapi, pikiran ayahmu tidak maju-maju. IQ-nya jongkok,” kata Mpok Limah.

“Enyak nggak boleh begitu. Ini pan menjelang bulan Suci Ramadhan. Nggak boleh ngomongin orang yang tidak-tidak,” sahut Somad.

“Habisnya  aku empet banget. Coba kamu bayangin. Usai jadi saksi dalam Pemilu, ayahmu nggak bergerak-gerak nyari duit. Noooh, malah ngejentul di bekas TPS. Bengong seperti sapi ompong,” kata Mpok Limah sambil menunjuk ke arah suaminya.

Mpok Limah  semakin empet. Karena sudah seminggu Bang Jali tidak pulang. Ia mendengar kabar selentingan, bahwa suaminya lagi main ceki di rumah Bang Muid. Kontan, Mpok Limah buru-buru ngeloyor ke rumah Bang Muid.

Sebelum Mpok Limah sampai di rumah Bang Muid, di jalan ketemu Bang Rohaili turun dari mobil sedan berwarna merah hati. “Bang Rojalimasih inget samaae kan ?” tanya Mpok Limah setelah ngucapin salam.

“Bukankah kamu istrinya Bang Jali?” kata Bnag Rohaili.

“Oooh,……Bang Rahili masih inget sama ane?” tanya Mpok Limah.

“Ya,,,,,,,,ya. Masih. Nggak mungkin saya lupa. Namaku Rohaili, bukan Rohili,”  jawab Bang Rohaili.

“ Oh….. ya……….ya. Enak kali ye jadi caleg,”kata Mpok Limah.

Bang Rohaili hanya tersenyum, sambil membuka pitu mobilnyauntukmeneruskan perjalanannya.Mpok Limah sigap menyambar lengan Bang Rohaili. Spntania bertanya kenapa ia bersikap begitu.

“Ya, kalau udah terpilih jadi caleg, enak kali ye. Tapi jangan lupa dong ame janjinya. Jangan pura-pura jadi dewa penolong, tapi setelah duduk di kursi legislatif lupa sama janjinya,” kata Mpok Limah. (DDJP/stw/rul)