Dua wilayah Jakarta membutuhkan rumah pompa stasioner untuk mengatasi masalah banjir ketika musim hujan. Prioritas pembangunan pompa tersebut yakni di wilayah Jalarta Utara dan Jakarta Timur.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Dedi Supriadi meminta Pemprov DKI menambah rumah pompa stasioner di dua wilayah itu.
Permintaan tersebut, sambung Dedi, merupakan hasil evaluasi pasca banjir dan genangan di dua wilayah itu pada Jumat (1/3).
“Kemarin (Jumat, 1 Maret 2024-Red), dari catatan kami memang banjir itu ada di wilayah utara dan timur. Hasil evaluasinya, kami memang kita harus menambah mesin pompa air. Terutama di wilayah itu,” ujar Dedi di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (4/3).
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Dedi Supriadi. (dok.DDJP)
Menurut dia, daya tampung saluran makro, menengah, dan kecil di Jakarta juga tak cukup untuk menampung volume curah hujan yang turun di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur pada akhir pekan lalu.
Akibatnya, genangan muncul akibat luapan air dari aliran sungai. “Memang curah hujan pada hari Jumat minggu lalu itu mencapai 160 milimeter kubik perdetik, sementara kapasitas saluran makro kita itu 150 milimeter kubik per detik. Artinya memang melebihi kapasitas plus terjadi di hari kerja,” kata dia.
Genangan itu menyebabkan mobilitas warga dan pekerja menjadi terhambat. Karena itu, Dedi mengingatkan agar Pemprov DKI Jakarta menyiapkan alat pendukung, seperti pompa mobile di titik rawan banjir.
Dengan demikian, waktu surut genangan akan lebih cepat. “Enggak terbayang memang kemacetan akibat genangan yang surutnya perlu waktu agak panjang,” tandas Dedi.
Data dari website https://dsda.jakarta.go.id, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta memiliki 202 rumah pompa stasioner.
Terdiri dari 47 pompa di Jakarta Barat, 48 pompa di Jakarta Selatan, 28 pompa di Jakarta Pusat, 26 pompa di Jakarta Timur, 52 pompa di Jakarta Utara, dan 1 pompa di Bidang Pengendalian Rob dan Pengembangan Pesisir Pantai. (DDJP/bad/gie)