Jakarta mencatat tingkat kegemaran membaca yang tinggi dengan skor 72,93 pada tahun 2024. Hal itu menandakan kesadaran literasi yang semakin meningkat di ibukota.
Pencapaian ini menunjukkan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah, komunitas literasi, serta masyarakat dalam memperkuat budaya membaca.
Namun, akses terhadap perpustakaan yang merata dan mudah dijangkau masih menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menyoroti perihal transformasi perpustakaan di era digital.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz. (dok.DDJP)
Menurut dia, perpustakaan tidak lagi hanya berfungsi sebagai bangunan fisik, tetapi harus menjadi pusat literasi yang dapat mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Kita sudah masuk era digital, jadi perpustakaan bukan sekadar bangunan, tapi jauh lebih penting perpustakaan ini bisa diakses oleh seluruh masyarakat Jakarta,” ujar politisi PKS itu.
Legislator kelahiran Jakarta, 7 Juli 1971 itu juga menegaskan, keberadaan perpustakaan seharusnya tidak hanya terpusat di satu lokasi besar, tetapi tersebar secara merata di seluruh Jakarta.
“Harusnya bisa menyebar ke seluruh Jakarta, buat kecil-kecil, kemudian disosialisasikan yang gencar,” tambah dia.
Aziz juga mendorong digitalisasi perpustakaan sebagai langkah strategis untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap literatur dan informasi.
Keberadaan perpustakaan digital diharapkan warga dapat membaca buku dan memperoleh referensi tanpa harus datang ke lokasi fisik.
“Target kita bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat, melalui akses yang mudah dan tidak lupa digitalisasi perpustakaannya,” tegas dia.
Dengan kebijakan yang mendorong pemerataan akses perpustakaan dan digitalisasi layanan, diharapkan literasi masyarakat Jakarta terus berkembang. (all/df)