Harga Eceran Tertinggi(HET) eceran beras resmi dinaikkan per 1 Juni 2024. Baik beras medium maupun beras premium.
Penetapan HET eceran beras tersebut bak peresmian. Sebab, sejak akhir 2023, harga beras di pasaran sebenarnya sudah naik.
“Per 1 Juni hanya deklarasi atau peresmiannya. Angka kenaikan harga beras yang diresmikan cukup tinggi,” ujar Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina, Selasa (4/6) sore.
Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina. (dok.DDJP)
Untuk beras medium, sambung politisi PDI Perjuangan itu, naik dari Rp10.900 menjadi Rp12,500 per kilogram. Artinya alami kenaikan 12,4 persen.
Harga itu jauh lebih tinggi dari kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) 2024 yang hanya sekitar 5 persen.
Sedangkan untuk beras premium, naik dari Rp13.900 menjadi Rp14.900. “Memang, naiknya tak setinggi harga beras medium. Namun hal ini akan tetap memberi tekanan besar,” tandas Herlina.
“Sebab, sebelum peresmian kenaikan itu saja, harga beras premium di pasaran sudah di atas Rp 15.500. Kita khawatir, jangan-jangan setelah peresmian harga eceran beras ini kembali merangkak, yang kemungkinan di kemudian hari akan diresmikan kembali kenaikannya,” kata Herlina.
Dia mengakui, peresmian kenaikan harga beras tersebut bisa menguntungkan bagi petani. Sehingga petani punya patokan untuk menjual gabah hasil panen.
Dengan harga yang bagus, logikanya petani juga akan mendapatkan penghasilan yang bagus. “Sayangnya, kenyataan di lapangan banyak yang tidak sesuai dengan logika tadi,” tegas Herlina.
Meski harga beras tinggi, kenaikan harga gabah petani tak signifikan. Apalagi jika adan isu impor beras, harga gabah di bawah langsung anjlok. “Artinya, hikmah kenaikan harga beras kadang tak sampai ke petani kecil,” imbuh dia.
Di lain pihak, Anggota Komisi B dari Fraksi Partai Demokrat Nur Afni Sajim mengemukakan, peresmian kenaikan harga eceran beras ini jelas memupus harapan ’emak-emak’ bahwa harga beras akan normal kembali.
“Padahal, sebelumnya mereka masih menyimpan harapan harga beras akan turun. Harapan itu sempat membubung tinggi saat pemerintah mengimpor beras. Namun, meski sudah lebih dari setengah juta ton diimpor, toh harga beras tak kunjung normal. Yang ada malah diresmikan kenaikannya,” tutur Nur Afni.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim. (dok.DDJP)
Atas kondisi ini, baik Wa Ode Herlina maupun Nur Afni Sajim berpendapat, seharusnya yang dilakukan pemerintah adalah menjaga harga beras agar tetap stabil..
“Ingat, stabilitas harga adalah hal yang diterima semua pihak. Petani dan emak-emak akan sepakat dengan hal ini. Sebab dengan harga yang stabil, inflasi akan terjaga,” tukas Nur Afni. (DDJP/stw/rul)