‘Buaya’ julukan yang diberikan warga Meruya Ilir Jakarta Barat kepada Khoirudin, cucu dari Haji Gotong, seorang guru ngaji pertama di wilayah tersebut.
Jika biasanya ‘buaya’ bermakna negatif, namun berbeda dengan julukan yang tersemat kepada Khoirudin. Pria asli Betawi yang lahir tahun 1966 itu dikenal sebagai orang yang setia, penyayang keluarga, dan komunitasnya.
Setelah menjadi anggota DPRD dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) selama tiga tahun, ia dipercaya maju sebagai wakil ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta menggantikan Abdurrahman Suhaimi, dan resmi dilantik pada 2 Juni 2022.
“Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai wakil ketua DPRD DKI Jakarta dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,” ujar dia saat mengucap sumpah dan janji di Rapat Paripurna.
Dengan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya menjadi bekal mendapatkan beasiswa dari Gubernur DKI Jakarta saat mengenyam pendidikan di SMEA Negeri 17 Jakarta Barat. Ia kembali mendapat beasiswa Supersemar pada tahun 1986 untuk melanjutkan sekolah di Universitas Negeri Jakarta Jurusan Kurikulum dan Teknologi.
Motivasi yang tertanam dalam diri Khoirudin yakni, bisa memperjuangkan kualitas pendidikan khususnya untuk warga Jakarta.
Apalagi setelah lulus, Khoirudin sempat menjadi seorang guru dan Kepala Sekolah SMP hingga menjadi dosen di sebuah sekolah tinggi agama islam di wilayah Depok.
Bahkan di tahun 2019, ia berhasil mendirikan pesantren khusus pria As-Salaah di Desa Pengasinan, Serpong, Tangerang Selatan dengan tujuan menyiapkan generasi pengganti penghafal Quran.
Tak hanya kualitas pendidikan, namun kesejahteraan guru juga ia perhatikan. Salah satu contohnya, ketika ia menerima keluhan terkait minimnya jumlah pengajar guru agama Buddha. (DDJP/yla)