Tertawa dapat mendorong keluarnya hormon bahagia bernama endorfin. Karena otak manusia sangat sensitif terhadap dua hal. Yaitu rasa sakit dan senang.
Tertawa yang berkaitan dengan rasa senang ini juga dapat megaktivasi sistem reward atau penghargaan pada diri sendiri di dalam otak manusia.
“Dr. Hunter Patch Adams bertutur, kenapa ia ingin menjadi dokter. Tujuan utamanya adalah membantu orang lain. Menurut dia, pengobatan terbaik untuk merawat mereka yang sakit tidak selalu dengan obat-obatan,” “ kata Lukmantoro, mahasiswa Fakultas Psikologi suatu siang di halaman perkuliahannya.
“Bagi dia, humor adalah pengobatan yang terbaik. Hanya dengan tertawa, dapat membantu pasien meringankan dan melupakan rasa sakit selama beberapa menit. Inilah yang akan menguatkan mereka, ” tambah dia.
“Cuplikan kisah dari Film Patch Adams yang dibintangi oleh mendiang Robin Williams yang penah kita tonton bersama beberapa waktu lalu itu dapat menjadi cerminan bagaimana pemanfaatan dan pendekatan humor yang baik bisa membawa dampak signifikan dalam terapi medis. Apalagi, cerita tersebut memang diambil dari kisah nyata kehidupan Dr. Hunter Adams,” menimpali Sukotjo.
“Bagi sebagian orang, humor mungkin hanya terlihat sebagai ‘alat’ untuk membuat orang lain tertawa. Padahal, humor juga bisa membawa dampak positif yang lebih besar bila dimanfaatkan dalam berbagai bidang keilmuan secara tepat. Salah satunya dalam ilmu kedokteran,” Murdiman ikut nimbrung.
“Di luar negeri ada clown doctor. Di Indonesia ada Komunitas Institut Humor Indonesia Kini (KIHKI), seperti dikatakan Denny Septriadi dalam diskusi terapi humor. beberapa waktu lalu,” kata Afrial.
“Clown doctor atau clown care merupakan sebuah program dalam fasilltas layanan kesehatan. Di mana badut-badut terlatih berseragam dokter itu akan melakukan kunjungan kepada pasien-pasien di rumah sakit. Saat berkunjung, para badut terlatih ilmu memiliki misi untuk meningkatkan suasana hati pasien dengan berbagai teknik yang melibatkan humor,” kata Lukmantoro
“Seperti diketahui, pasien-pasien di rumah sakit sangat mungkin merasakan beragam emosi negatif, seperti rasa takut, cemas, kesepian, atau kebosanan,” menimpali Murdimanto.
“Lewat humor, dampaknya luar biasa,” sela Purwocariki.
“Pengin buktinya ?” tanya Afrial.
“Lho, kamu nggak merasa?” tanya mereka serempak.
”Saat kamu praktikum kan dikasih resep sama Profesor Jazuli, bagaimana merawat pasien stres dengan humor. Eeeeh…. akhirnya kamu kecantol sama Mira yang kini jadi pendampingmu. Lupa yaaa……..,” ledek teman-temannya. (stw)