Hampir seminggu Rodiah nyap-nyap. Pasalnya, jam tangan jam wekernya rusak. Lagian, tukang servis jam yang biasanya lewat juga hampir sebulan tidak kelihatan.
Mungkin lagi pulang ke kampung halamannya. Mau pergi ke tukang servis jam di Pasar Deprok, anak bungsunya yang baru berumur tiga bulan tak mungkin diajak.
Apalagi di tinggal di rumah, karena pembantunya juga lagi pulang kampung. Melihat wajah Rodiah yang selalu manyun, Bang Darip, tetangga sebelah rumah bertanya.
“Saya lihat kamu sudah beberapa hari ini kelihatan uring-uringan, kenapa sih?” tanya Bang Darip.
“Iya,Bang. Di rumah kan ada tiga buah jam, tapi semuanya rusak. Nunggu tukang servis jam yang biasanya lewat, sudah hampir sebulan tidak kelihatan batang hidungnya,” kata Rodiah.
“Bawa saja ke tukang servis jam di Pasar Deprok,” kata Bang Darip.
“Orang kata di rumah kagak ada orang. Suami kerja di luar kota, anak-anak pada sekolah. Si orok nggak mungkin ditinggal sendirian di rumah,” jawab Rodiah.
“Pan ada pembantu,” kata Bang Darip.
“Boleh lihat jamnya?” kata Bang Darip.
“Silahkan masuk,” kata Rodiah dengan wajah cerah.
“Bisa diperbaiki jamnya? Masalahnya di mana?” tanya Rodiah.
“Saya tahu masalahnya di mana,” jawab Bang Darip.
“Masalahnya apa?” tanya Rodiah.
“Masalahnya adalah aku bukan ahli jam,” kata Bang Darip.
“Ooooo……Cuma pake intuisi doang to…” kata Rodiah sambil garuk-garuk kepala. (stw)