Salah satu masalah pelik dantak kunjung bisa segera diatasi di negeri ini adalah stabilitas harga komoditas strategis.
Harga pangan dan komoditas pokok memang stabil. Tapi stabil tinggi. Meski momentum Idul Adha atau hari besar nasional lainnya telah berlalu, laju kenaikan harga komoditas strategis itu tetap konsisten naik.
“Mestinya, ketika permintaan sudah turun, bisa berbanding lurus dengan turunnya harga. Namun, fenomena harga bahan pokok tetap bertahan tinggi di sejumlah daerah di Tanah Air,” ujar Asmoro mengawali pembicaraan.
“Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada produk pangan hortikultura, tetapi juga pangan hewani pun melambung tinggi,” Utomo ikut nimbrung.
“Rakyat tentu berharap, pemerintah segera melakukan langkah-langkah cepat dan efektif. Sehingga harga segera bisa dikendalikan. Tanpa intervensi pemerintah, melambungnya harga bahan pokok akan semakin menggerus daya beli rakyat,” kata Asmoro.
“Pelemahan nilai tukar rupiah juga bisa membuat barang-barang di dalam negeri semakin mahal. Seperti barang yang diproduksi di dalam negeri, tetapi bahan bakunya berasal dari impor,” kata Syamsurizal.
“Tentu, berbagai permasalahan itu pun berpotensi makin menekan daya beli masayarakat karena kantong rakyat makin kempis. Bikin masyarakat makin cemas. Lihat tuh, Bondan,” kata Asmoro sambil menunjuk ke arah Bondan yang sedang duduk melamun di bawah pohon trembesi.
“Kenapa rupanya?”tanya mereka hampir bersamaan.
“Dia lagi cemas menghadapi situasi yang tidak kondusif ini,” jawab Asmoro.
“Cemas? Kanapa?” tanya mereka.
“Bagaimana tidak cemas. Pernikahannya dengan Indri tinggal menghitung hari. Persiapan anggarannya, cekak. Sementara harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Gimana nggak pusing tujuh keliling?” kata Asmoro, calon kakak ipar Bondan. (stw/df)