Aksi tawuran kerap terjadi di Jakarta. Salah satunya baru saja terjadi di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (27/6). Hal itu mendapat perhatian legislator Kebon Sirih.
Anggota Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta Simon Lamakadu mengatakan, perlu menggalakkan sosialisasi tentang pentingnya perdamaian dan toleransi.
Pasalnya, tawuran kerap terjadi akibat banyak faktor. Seperti ekonomi, pendidikan, kehidupan sosial dan budaya, serta kurang pengawasan orangtua.
“Perlu ada peningkatan kerja sama antara pemerintah, aparat keamanan, dan tokoh masyarakat, untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif,” ujar Simon saat dihubungi, Jumat (28/6).
Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Simon Lamakadu. (dok.DDJP)
Maraknya tawuran di Jakarta menandakan masih ada masalah mendasar dalam hal keamanan dan ketertiban di lingkungan permukiman penduduk.
Menurut dia, tawuran bukan hanya merugikan pelaku, tetapi menimbulkan keresahan dan rasa takut warga sekitar.
“Ini adalah tanda bahwa kita perlu memperkuat upaya pencegahan dan penanganan konflik di tingkat akar rumput,” ucap Simon.
Oleh karena itu, ia mengimbau Pemprov DKI Jakarta menyiapkan berbagai upaya preventif dan represif agar tawuran tidak terulang kembali.
Terhadap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), harap Simon, bisa meningkatkan patroli mengantisipasi potensi tawuran, baik siang maupun malam.
“Kehadiran aparat di lapangan dapat menjadi deterrent atau pencegah bagi mereka yang berniat melakukan tawuran,” tutur Simon.
Selain itu, harus ada pendekatan yang lebih komprehensif. Termasuk dialog dengan warga dan penanganan cepat terhadap konflik.
Sering kali, konflik muncul akibat aksisaling ejek antarwarga. “Satpol PP juga perlu dilengkapi dengan pelatihan untuk menangani situasi konflik secara efektif dan humanis,” ucap Simon.
Menurut dia, peran serta aktif masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan sangat penting.
Karena itu, Simon mengimbau warga Jakarta untuk selalu menjaga keharmonisan dalam bersosialisasi, serta menghindari tindakan provokatif.
Sikap saling menghormati, sambung dia, juga menjadi kunci menciptakan harmonisasi.
“Mari kita bangun lingkungan yang damai dan harmonis, di mana setiap orang merasa aman dan nyaman,” pungkas Simon. (DDJP/yla/gie)