Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Farah Savira menyoroti potensi meningkatnya aksi tawuran di bulan Ramadan, terutama pada malam hari.
Ia menekankan, pengawasan sangat penting, baik pada siang maupun malam hari.
“Biasanya tawuran rentan terjadi di malam hari. Karena itu, kita tidak hanya memonitor di siang hari, tetapi juga di malam hari,” ujar Farah.
Secara teknis, jelas Farah, Dinas Pendidikan (Disdik) tidak memiliki kewenangan langsung dalam menangani aksi tawuran.
Fokus utama anak-anak tersebut adalah kegiatan belajar-mengajar.
Pihaknya juga mendorong penambahan ilmu pendidikan. Termasuk pendidikan religi dengan metode yang lebih santai dan menyenangkan bagi siswa.
Selain itu, tegas dia, perlu sosialisasi mengenai konsekuensi bagi siswa yang terlibat tawuran.
“Apakah akan ada sanksi atau hukuman, baik ringan maupun berat? Untuk yang berat, dampaknya bisa ke KJP,” tandas Farah.
Menurut dia, peran orangtua juga sangat penting dalam mencegah anak-anak terlibat dalam aksi tawuran.
Sebab, terdapat fenomena di kalangan anak-anak yang meminta izin keluar untuk mengaji, namun malah pergi bermain.
“Kita harus menyampaikan bahwa ini adalah kerja bersama. Setelah reses di beberapa tempat, kita melihat bahwa pengawasan dari RT/RW juga sangat penting,” ungkap dia.
Farah menambahkan, tempat-tempat yang sering menjadi lokasi berkumpul anak-anak, seperti sekitar masjid, juga perlu diawasi.
Meski demikian, tidak harus ada intervensi langsung, jika ada indikasi aksi tawuran atau perilaku negatif lainnya, harus segera ada tindakan.
“Tidak hanya Dinas Pendidikan di tingkat sekolah, tetapi juga kerja sama lintas sektor. Keluarga pun memiliki peran penting dalam pengawasan anak-anak,” tukas Farah. (all/df)