Transportasi merupakan cara memindahkan manusia atau barang dengan menggunakan wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Bahkan pada zaman sebelum penggunaan mesin, transportasi juga menggunakan hewan.
Para ahli sepakat bahwa transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas sehari-hari. Sesuai perkembangan zaman, transportasi menjadi alat yang semakin dibutuhkan.
Bentuk alat transportasi terus mengalami perkembangan. Semakin canggih. Sebab, manusianya pun semakin canggih memikirkan dan menciptakan alat transportasi yang dianggap paling efektif dan efisien.
Seperti di Kota Jakarta, banyak menyimpan sejarah panjang perkembangan alat transportasi. Masyarakat di kota yang kini dikenal semakin modern ini, berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi sudah ada. Seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga TransJakarta.
Namun sebelum semua transportasi itu ada, berbagai bentuk transportasi telah dirasakan juga oleh masyarakat dari masa-masa sebelumnya. Seperti Delman, Becak, Trem, Taksi, Oplet, Bemo, Bajaj, Bus Tingkat.
Bus Tingkat adalah bus dengan dua lantai, di atas dan bawah. Dengan Bus Tingkat alias bus tempel itu maka penumpang yang diangkut bisa mencapai dua kali lipat. Namun, bus ini dinilai tidak stabil lantaran posisi titik beratnya tinggi.
Bus Tingkat hanya sesuai dengan kondisi jalan yang datar. Selain itu, penumpang berkebutuhan khusus juga sulit untuk naik ke lantai dua. Kelemahan lain bus ini adalah karena jalannya yang lambat.
Beberapa jurusan Bus Tingkat yang pernah beroperasi di Jakarta antara lain Senen-Blok M, Blok M- Pulo Gadung, dan Blok M- Kota. Seiring perkembangan pembangunan di Jakarta, tidak semua jalan ‘ramah’ pada bus model doubledecker itu.
Karena tinggi, bus itu bisa menyangkut di terowongan. Selain itu, konon sistem mesin di belakang mengakibatkan mudah terbakar.
Bus Tingkat atau yang beken disebut Double Decker, pernah mewarnai, bahkan merajai jalanan ibukota pada era 1980-an sampai 1990-an.
Bus Tingkat pertama kali mengaspal di Jakarta pada 1968, ketika jalanan di Jakarta masih lengang. Namun mengakhiri kiprahnya pada 1998, ketika kemacetan begitu akrab di kota metropolitan.
Kini di Jakarta, keberadaan Bus Tingkat yang berfungsi sebagai angkutan umum untuk mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat tujuan lain sudah tidak ada.
Kecuali, Bus Tingkat wisata yang dioperasikan Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, Bus Jakarta Explorer atau Mpok Siti yang berjumlah 22 unit dan melayani 4 rute wisata ini, dinikmati masyarakat atau wisatawan secara gratis.
Kilas balik tentang Bus Tingkat di ibukota, pertama kali masuk Jakarta sekitar 17 Juli 1968. Produk Bus Tingkat pertama yang didatangkan adalah Leyland Titan generasi ketiga yang diimpor dari Inggris.
Leyland merupakan pabrikan bus asal Inggris yang didirikan pada 1907 oleh James Sumner dan Henry Spurrier. Bus Tingkat Leyland Titan memiliki ciri unik, mesinnya berada di depan (front engine) dengan warna merah yang mencolok.
Posisi kabin pengemudi di samping kanan mesin, jika dilihat bagian depan bus tingkat ini seperti ada bagian yang terpotong alias coak.
Untuk pintu masuk penumpang di sebelah kiri belakang serta akses tangga di sebelah kanan. Bus Tingkat yang dibeli secara kredit itu ketika beroperasi diberi kode PD3-11 melayani trayek Blok M-Salemba-Pasar Senen.
Ada juga yang menyebut rutenya Blok M-Lapangan Banteng, sesuai display nomor trayek 14. Bus tingkat yang memiliki dimensi panjang 9,50 meter, tinggi 4,45 meter, dan lebar 2,5 meter, mampu mengangkut 72-83 penumpang.
Dengan tarif Rp.50 waktu itu, Bus Tingkat ini menjadi idola masyarakat Jakarta dan merajai jalanan ibukota yang masih lengang.
Kredit Bus Tingkat itu pun bisa dilunasi setelah beroperasi 17 bulan. Tepatnya pada Februari 1970. Bus Tingkat Leyland Titan beroperasi cukup lama. Sekitar 14 tahun.
Setelah tidak digunakan lagi pada 1982, perannya digantikan saudara mudanya, yakni Leyland Atlantean yang masuk generasi kedua Bus Tingkat yang beroperasi di Indonesia. M
Bus tersebut masuk ke Jakarta pada 1983. Bus Tingkat Leyland Atlantean didatangkan langsung dari Inggris dan ada hibah bekas pakai dari Singapura, total berjumlah 108 unit.
Pada zamannya, Bus Tingkat yang memiliki livery biru abu-abu dengan strip merah ini tergolong canggih. Leyland Atlantean merupakan bus berstandar Eropa karena menerapkan teknologi power steering sehingga lincah bermanuver di jalanan ibukota.
Bus Tingkat ini juga sudah menerapkan buka tutup pintu penumpang secara otomatis dengan sistem pneumatik yang dikendalikan pengemudi.
Berbeda dengan saudara tuanya, Leyland Atlantean merupakan bus tingkat pionir yang meletakkan mesin di belakang. Sebaliknya dua pintu penumpang diubah dengan diletakkan di bagian depan dan tengah.
Dengan panjang bodi sekitar 10,2 meter, Bus Tingkat Leyland Atlantean mampu membawa penumpang lebih banyak, yaitu 106 orang sekali jalan.
Bus Tingkat Leyland Atlantean di negara asalnya Inggris mempunyai masa produksi cukup lama, mulai 1958 hingga 1986. Namun, di Indonesia umur Bus Tingkat Leyland Atlantean tidak panjang karena pertengahan 1990 mulai dinonaktifkan secara bertahap.
Pada waktu hampir bersamaan, sekitar 1981 Kementerian Perhubungan mendatangkan Bus Tingkat Volvo B55 Ailsa. Proyek pengadaan bus tingkat dilakukan cukup massif hingga 1984, total ada 320 unit yang didatangkan.
Bus Tingkat ini diproduksi Volvo Inggris dan karoseri Ailsa dengan model Alexander (diproduksi antara 1972-1984). Bus Tingkat Volvo B55 Ailsa generasi ketiga yang didatangkan ke Indonesia berkapasitas penumpang 108 orang.
Secara fisik bentuk Volvo B55 Ailsa hampir mirip dengan Leyland Atlantean, perbedaan hanya pada bodi belakang. Volvo B55 Aisla bagian belakang rata atau lurus.
Sedangkan Leyland Atlantean kaca bodi bagian belakang agak menjorok alias geroak ke dalam. Livery keduanya pun hampir sama, biru abu-abu strip merah. Ada juga yang dikelir dominan putih dengan strip kuning.
Rute yang dilayani, di antaranya Blok M-Kota, Pasar Senen-Blok M, dan Cililitan-Kalideres, karena memiliki jalur lurus sehingga memudahkan Bus Tingkat bermanuver.
Dua jenis bus tingkat ini yang merajai jalanan Jakarta pada era 1980-an sampai 1990-an. Bahkan jumlah yang begitu banyak didatangkan ke Indonesia, sehingga disebar ke berbagai kota besar lain.
Untuk Bus Tingkat Leyland Atlantean disebar ke Kota Semarang dan Surabaya, sedangkan Volvo B55 Aisla disebar ke Kota Solo, Medan, dan Makassar.
Di Jakarta, kedua jenis Bus Tingkat ini dioperasikan oleh Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD). Sedangkan di kota lain, dioperasikan oleh Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri).
Sebenarnya ada satu jenis Bus Tingkat lagi yang beroperasi di Jakarta, yaitu Volvo B55s Triple Axle. Bus tingkat ini memiliki panjang bodi 11,8 meter dan mampu menampung penumpang 200 orang sehingga dijuluki Bus ‘Jumbo’.
Akan tetapi, dari rencana pembelian sebanyak 200 unit, ternyata hanya satu unit yang terealisasi pembeliannya. Harga Bus Tingkat tersebut pada saat itu sekitar Rp.80 juta.
Pada 1990-an hingga 1998, peran Bus Tingkat perlahan mulai tergerus. Secara bertahap, operasionalnya dihentikan. Bus tingkat terakhir yang beroperasi di Jakarta adalah P 67 rute Pasar Senen-Blok M dan P 70 rute Blok M-Kota.
Pengoperasian Bus Tingkat dihentikan pada 1998 karena kondisi armada yang sudah uzur ditambah jalanan di Jakarta yang akrab dengan kemacetan membuat sulit bermanuver.
Perum PPD melalui akun media sosial kerap memposting foto-foto bus tingkat jadul ketika beroperasi pada masa jaya. Postingan yang diunggah pun mendapat berbagai komentar menarik dan unik netizen yang bernostalgia dengan Bus Tingkat ibukota. (DDJP/df)