Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus menggencarkan evaluasi dan monitoring berkala bersama kelompok Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi penanggulangan dan pengendalian banjir.
Pasalnya, BPBD DKI Jakarta telah memetakan persebaran wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami banjir pada saat terjadi intensitas curah hujan yang tinggi. Ada sebanyak 82 titik wilayah rawan bencana banjir di Jakarta untuk diberikan peringatan secara masif saat cuaca mulai buruk.
Sekretaris Komisi A DPRD DKI Dani Anwar mengatakan, potensi kebencanaan seperti banjir seringkali dapat menjadi ancaman yang serius apabila langkah mitigasi yang dilakukan tidak efektif di lapangan. Menurutnya, upaya kontrol secara berkelanjutan perlu dilakukan sehingga potensi kebencanaan di DKI Jakarta seperti banjir dapat terantisipasi dengan baik.
“Karena faktanya 40 persen lahan di Jakarta ini lebih rendah dari permukaan air laut, jadi yang harus menjadi persoalan utama soal pengendalian banjir itu memang adalah evaluasi dan pemantauan yang terus-menerus, baik tentang saluran tentang kali dan tentang jalan-jalan yang lebih rendah dari air itu harus dilakukan terus-menerus,” ujarnya Kamis (2/1).
Maka dari itu, Dani berharap agar BPBD perlu mengoptimalkan kinerja dari perangkat seperti Early Warning System (EWS). Terlebih, upaya mitigasi bencana banjir setidaknya dapat terdeteksi sejak dini, utamanya di 13 aliran sungai yang saat ini terus melintasi lajur air DKI Jakarta. Khususnya, dalam upaya penyebarluasan informasi potensi kebencanaan secara real time yang dapat diakses langsung oleh masyarakat tanpa menunggu arahan dari perangkat lingkungan.
“Apalagi di curah hujan saat ini semakin tinggi itu bisa datang kapan saja, bahkan dalam hitungan jam air sudah meluap sampai ke wilayah-wilayah, bagaimana caranya potensi banjir kiriman sudah bisa diketahui langsung oleh masyarakat sekitar di wilayah hulu sebelumnya. Jadi informasi-informasi yang diberikan harus lebih cepat lagi, katakanlah kalau di halo-haloin bahwa akan terjadi potensi banjir jam sekian, masyarakat langsung bersiap-siap juga,” terangnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pasca peristiwa hujan deras sejak 31 Desember 2019 malam hingga 1 Januari 2020 pagi melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Posko banjir Jakarta sebelumnya juga merilis data hingga Rabu (1/1) malam, jumlah pengungsi banjir di wilayah seluruh DKI Jakarta telah mencapai 31.232 orang. Rinciannya, Jakarta Pusat sebanyak 310 orang untuk dua lokasi pengungsian, dengan Kelurahan terdampak Bendungan Hilir, Petamburan dan Karet Tengsin.
Selanjutnya, Jakarta Utara sebanyak 1.515 orang yang tersebar di 23 lokasi pengungsian dengan kelurahan terdampak yaitu Rorotan, Semper Barat, Semper Timur, Sukapura, Kelapa Gading Timur dan Pegangsaan Dua.
Kemudian, Jakarta Barat tercatat sebanyak 10.686 orang tersebar di 97 lokasi pengungsian dengan kelurahan terdampak yakni Jelambar, Tomang, Wijaya Kusuma, Srengseng, Semanan, Kalideres, Tegal Alur, Pegadungan, Kota Bambu Selatan, Kedoya Utara dan Sukabumi Selatan.
Sedangkan di wilayah Jakarta Timur sebanyak 13.516 orang tersebar di 99 lokasi pengungsian, dengan kelurahan terdampak seperti Kebon Manggis, Kampung Melayu, Bidara Cina, Cipinang Besar Selatan, Klender, Pondok Bambu, Pondok Kelapa, Cawang, Balekembang, Dukuh dan Cipinang Melayu.
Terakhir, terhitung jumlah pengungsi di Jakarta Selatan terhitung sebanyak 5.305 tersebar di 48 lokasi pengungsian, dengan kelurahan terdampak yaitu Kelurahan Gunung, Petongan, Pengadengan, Cilandak Timur, Pejaten Timur dan Manggarai Selatan.
Maka dari itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui BPBD memastikan seluruh kegiatan mitigasi banjir susulan di sejumlah wilayah DKI Jakarta terus dilaksanakan secara simultan dan mengedepankan aksi cepat tanggap. Beberapa langkah mitigasi yang dilakukan hingga saat ini yakni evakuasi titik-titik banjir, menyediakan sarana dan prasarana berupa dapur umum, tempat pengungsian, penyediaan logistik kebutuhan dasar, hingga penyediaan tenaga medis seperti dokter perawat hingga obat-obatan.
Selain itu, BPBD DKI Jakarta telah menyiapkan pompa mobile untuk mengurangi ketinggian air di lokasi-lokasi yang terkendala surutnya genangan air lantaran kontur tanah berbentuk cekungan dan tidak tersedianya pompa stasioner di lokasi terdampak banjir. (DDJP/alw/oki)