“Indahnya hidup ini jika saling bergandeng tangan, seiring sejalan, hidup bersama, saling bantu-membantu,” kata Jabrik mengawali obrolan usai halal bihalal di rumah Kong Sanen bersama rekan-rekannya.
“Itulah fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sejak kelahirannya sudah dalam satuan yang terkecil, yakni keluarga. Kemudian tumbuh berkembang dalam kelompok masyarakat. Lebih luas lagi, bangsa dan negara,” tambah Jabrik.
”Maknanya hidup bermasyarakat. Hidup dalam kebersamaan adalah sebuah kebutuhan. Ini sejatinya modal utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang jika dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah kekuatan besar dalam mengisi kemerdekaan, demi terwujudnya cita-cita negeri kita,” kata Kang Usman.
“Tetapi, realitanya hidup bergandengan tangan, sulit dijalani karena di dalamnya terdapat keberagaman. Lebih-lebih di saat ini. masih menyisakan perbedaan karena pilihan politik pada pemilu yang lalu,” ujar Usman.
“Iya. Mestinya setelah pemilu, kita kembali bersatu. Jangan sampai terpecah-pecah. Saling memaafkan di bulan Syawal ini. Perjuangan yang telah dilakukan dalam menyikapi hasil pemilu patut kita hargai. Tetapi, persatuan adalah yang utama,” menimpali Yadi.
“Dapat dipahami. Masing-masing punya kepentingan. Kita juga wajib meghargai kepentingan itu,” kata Jabrik.
“Perlu adanya edukasi dan keteladanan dari para elite. Jika sudah melebur dalam keluarga besar yang disebut bangsa, seharusnya disertai dengan menanggalkan ego pribadi dan kelompok,” kata Yadi.
“Kedua ego tadi ikut melebur ke dalam ego yang lebih besar lagi, yaitu ego nasional,” kata Jabrik.
“Memang perlu waktu. Tak semudah membalik telapak tangan. Bukankah Bung Karno, sang proklamator jauh-jauh hari sudah berpesan kepada kita, sebagai generasi penerusnya?” kata Usman.
“Apa pesannya?” tanya Jabrik.
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. Itulah yang dikatakan Bung Karno,” kata Usman.
“Ada juga pepatah yang mengatakan, berjalan dengan seorang teman dalam kegelapan lebih baik dari pada berjalan sendirian dalam terang,” kata Yadi.
“Naaah, itu dia. Mari bergandengan tangan merajut kerukunan, ketimbang berpisah dalam kegelapan,” kata Jabrik. (DDJP/stw)