Batavia Lama (Oud Batavia)

March 22, 2024 1:06 pm

Kota Tua Jakarta dulu populer dengan sebutan Oud Batavia, merupakan wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah ini dikatakan sebagai wilayah khusus karena pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda, dengan luas 1,3 kilometer persegi, berada antara wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Kini, kampung besar yang bernama Jakarta itu sudah berusia 496 tahun. “Berdasarkan sejarah, pada 1528 Fatahillah yang dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kalapa pada zaman Kerajaan Hindu, Pajajaran.

Setelah Fatahillah berhasil merebut Pelabuhan Sunda Kalapa dari tangan raja Pajajaran, Purnawarman, nama Sunda Kalapa lalu namanya diganti menjadi Jayakarta yang dalam bahasa Sanskerta artinya ‘kemenangan penuh’ atau ‘kemenangan mutlak’,” ujar Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail, Sabtu (17/3/2024).

Pada 1819, tambah Ismail, pasukan Belanda (VOC) di bawah Komando Gubernur Jendral Jaan Pieterzoon Coen (JP Coen) berhasil merebut kekuasaan dari Fatahillah. Setahun kemudian membangun kota baru, lalu mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur mereka di negeri Belanda.

Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail. (dok.DDJP)

Setahun kemudian, VOC mendirikaan pusat pemerintah Hindia Belanda di Kali Besar ( Groot River). “Menurut sejarahnya, pada 1635 VOC berhasil memperluas kota Batavia sampai tepi barat Sungai Ciliwung di reruntuhan bekas pusat pemerintahan Jayaksrta. VOC berhasil menyelesaikan pembangunan pusat pemerntahan itu pada 1650,” kata Ismail.

“Pada 1942, pasukan Jepang berhasil merebut kekuasaan dari Hindia Belanda dan mengganti nama Batavia menjadi Jakarta. Hanya selama 3,5 tahun Jepang menjajah Indonesia dan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia berhasil merebut negeri ini dari tangan Jepang. Merdeka!” tambah Ismail.

Pada 1972, Gubernur Provinsi DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan dekrit yang secara resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs cagar budaya.

Di lokasi situs cagar budaya Kota Tua tersebut terdapat 12 gedung tua yang terancam ambruk karena termakan usia.

Kini, gedung-gedung tua itu sedang direvitalisasi dalam upaya menjadikan Kota Tua (Oud Batavia) dapat diakui UNESCO sebagai satu kawasan budaya, dan pendidikan sejarah di dunia.

Ke-12 gedung tua dimaksud adalah;

1. Museum Fatahillah. Museum Fatahillah disebut jug sebagai Museum Sejarah Jakarta. Museum dengan luas sekitar 1.300 meter persegi ini memiliki gaya bangunan neoklasik. Museum ini pada zaman dahulu, merupakan stadhuis atau tempat berkumpulnya kegiatan masyarakat, seperti pasar atau pekan raya.

2. Museum Wayang. Museum ini menyimpan berbagai koleksi wayang dari seluruh Indonesia. Koleksi-koleksinya terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan.

3. Museum Bank Mandiri. Museum ini menyajikan sejarah Bank Indonesia mulai dari informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa Barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada 1953.

4. Museum Seni Rupa. Museum ini memiliki koleksi keramik lokal dan berbagai daerah di Tanah Air dari era Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 dan dari berbagai negara di dunia. Museum ini menyajikan hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga sekarang.

5. Wihara Jin De Yuan (Wihara Dharma Bhakti). Wihara ini berdiri sejak sekitar 400 tahun silam dan merupakan wihara terbesar di Jakarta.

6. Kali Besar. Kali ini mengalir lurus dari selatan ke utara, diapit oleh Jl. Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur. Bagian paling utara berbatasan dengan Jembatan Kota Intan ( Houndenenpassarbrug). Dahulunya, Kali Besar meliputi seluruh muara Kali Ciliwung mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Weltreveden dan merupakan pusat pemerintahan Pangeran Jayakarta.

7. Glodok. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini dikenal sebagai pecinan terbesar di Batavia. Mayoritas warga Glodok merupakan keturunan Tionghoa. Di masa kini, Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik di Jakarta.

8. Stasiun Jakarta Kota (Beos). Stasiun Beos merupakan stasiun kereta api terbesar yang berusia cukup tua di Kota Tua. Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijseis yang dikenal dengan ungkapan Indische Bouwen, yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern Barat dengan bentuk-bentuk tradisional. (DDJP/stw/rul)