Namanya Mujiyono. Ia adalah ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024. Jalan hidupnya berliku. Lahir dari keluarga petani penggarap tak membuatnya patah semangat. Kehidupan masa kecilnya tak beda dengan anak petani penggarap lainnya.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pria kelahiran Wonogiri, 20 Januari 1968 itu ikut membantu keluarga mengais rezeki dengan mengasong minuman dan makanan ringan. Tak jarang ia juga menjual panganan buatan ibunya. Semua dia lakukan untuk membantu keluarga memenuhi kebutuhan hidup.
Mimpinya untuk mengubah masa depan yang lebih baik mengantarnya pergi meninggalkan Wonogiri di tahun 1985. Meski terbilang masih remaja (saat itu-Red), ia berpamitan dengan keluarganya. Jakarta menjadi tujuan kakinya melangkah.
Mujiyono memandang Jakarta sebagai tempat yang memiliki peluang untuk mewujudkan mimpi. Dia pun menyiapkan berbagai rencana. Ketika itu, ia tinggal bersama bibinya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dengan mendapat tempat tinggal yang nyaman, Mujiyono melanjutkan pendidikan SMA hingga selesai.
Tiga tahun lamanya Mujiyono muda berjuang menuntaskan pendidikan SMA. Ia berhasil lulus. Kini, ia harus menghadapi tantangan baru. “Saya harus kerja dan melanjutkan kuliah,” ujar dia dikutip dari Buku Profil Pimpinan dan Anggota DPRD DKI Jakarta Periode 2019-2024, Kamis (4/1).
Mujiyono melanjutkan pendidikan dengan mendaftarkan diri di kampus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), tahun 2003. Selepas kuliah, ia diterima bekerja sebagai auditor pada perusahaan swasta di Jakarta. Meski begitu, semangatnya untuk terus mengembangkan diri tak pernah surut.
Ia mengincar beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya. Proses yang tekun dan kerja keras memang tak akan mengkhianati hasil. Mujiyono bak ketiban hoki. Mendapatkan beasiswa dan berkesempatan menambah pengetahuan di Univercity Of Makati, Manila, Filipina. “Selesai kuliah di sana, saya bekerja di satu perusahaan Jepang,” ungkap Mujiyono.
Di sinilah titik balik seorang Mujiyono. Belum puas dengan capaian-capaian tersebut, ia mulai melirik dunia politik. Sebuah ajang atau arena perjuangan sesungguhnya. Menurut dia, politik merupakan jalan pengabdian bagi kebanyakan orang. Partai Demokrat menjadi tempat berlabuh Mujiyono.
Pada tahun 2004, Mujiyono mulai mengenal sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lewat buku autobiografinya. Ia kagum terhadap SBY yang kala itu disebut sebagai idola baru dan disukai masyarakat luas. Meski begitu, ia harus bekerja keras menghadapi persaingan politik dengan parpol lain yang.
Sebagai kader Demokrat, Mujiyono ditugaskan memenangkan SBY dalam Pemilu Presiden 2004. “Pulang kerja saya berkumpul bersama warga dan tim sukses. Kami mendatangi kampung-kampung sampai jauh malam untuk meyakinkan warga memilih SBY,” kata dia.
Lagi-lagi, keberuntungan berpihak pada Mujiyono. Kerja keras membuahkan hasil. SBY terpilih sebagai Presiden ke-6. Pada Pemilu 2009, ia kembali membuat langkah besar. Nekat mencalonkan diri pada Pemilihan Legislatif (Pileg).
Mujiyono kembali membuat pembuktian. Kerja keras tak mengkhianati hasil. Ia terpilih secara beruntun dalam 3 kali Pileg, sejak 2009. Kini, ia menjabat sebagai ketua Komisi A (bidang pemerintahan) DPRD DKI Jakarta. Sebuah capaian luar biasa bagi anak seorang petani. (DDJP/bad)