Dokter yang merawat Kodir mengatakan bahwa sembuh total dan boleh pulang ke rumah. Hanya dokter berpesan kepada orangtuanya.
“Jangan biarkan Kodir duduk sendirian tanpa kegiatan. Berilah dia kegiatan. Pekerjaan apa saja boleh diberikan, agar dia tidak sempat duduk-duduk sediri melamun,” pesan dokter kepada ayah Kodir.
Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, atas jasa baik seorang tetangga, Kodir mendapat pekerjan dari Abah Soman, pedagang besar ayam hidup di Pasar Jatinegara.
Tugas Kodir adalah mengantar ayam pesanan setiap hari. Hampir empat sampai lima kali dia harus mengantar ayam pesanan ke alamat-alamat tertentu.
Sekali antar, biasanya antara sepuluh sampai lima belas ekor ayam.
Pada suatu hari, Kodir mendapat tugas mengantar lima belas ekor ayam. Ayam-ayam itu dibawa dalam keranjang yang diletakkan di bagasi sepeda.
Sedangkan alamat yang dituju ditulis pada secarik kertas dan disimpan di saku bajunya.
Pada suatu saat, di jalan yang agak menurun, sepedanya melindas batu koral sebesar kepalan tangan, dan Kodir pun jatuh terpelanting.
Sedangkan ayam-ayamnya lepas dan berlarian ke sana ke mari. Orang-orang yang ada di sekitar lokasi itu kaget dan bermaksud menolong.
Tiba-tiba Kodir bangun dan berdiri sambil tertawa terbahak-bahak. Orang-orang yang menolongnya kaget dan berpikir. Bahkan ada yang nyeletuk.
”Jangan-jangan, karena terjatuh, orang itu gegar otak”.
Salah seorang di antara mereka bertanya. ”Bang, kenapa Bang? Si Abang tidak apa-apa?”.
“ Ha….ha…..ha. Lucu ya, ayam-ayam itu,” kata Kodir sambil tertawa terbahak-bahak.
“Kenapa Bang?” tanya seseorang.
“Ya. Dia mau pergi kemana?” sahut Kodir.
“Alamatnya kan ada di sini,” kata Kodir lagi sambil mengeluarkan secarik kertas dari kantong bajunya.
”Kasihan, jangan-jangan mereka akan nyasar,” kata Kodir.
Semua orang yang berada di lokasi itu bengong. Salah seorang di antara mereka bergumam.
“Kasihan benar si tukang ayam. Jangan-jangan, gara-gara dia jatuh dari sepeda, dia jadi gila”. (DDJP/stw)